tag:blogger.com,1999:blog-1213282508274478372024-03-08T10:40:52.854-08:00Cerita Dewasa.comCerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-32489823538782592832010-10-25T09:13:00.001-07:002010-10-25T09:13:38.984-07:00Antara Cinta Dan SekolahSaya adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi ternama di jakarta. Pada kesempatan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya. Saya berasal dari keluarga yang pas - pasan. Untuk hidup sehari -hari saja susah. Di sekolaHPun saya termasuk murid yang tidak terlalu pintar. Untuk naik kelas aja susah. Tetapi, aku bersyukur karena walaupun lemah di bidang pelajaran dan ekonomi, tetapi aku masih dikaruniai wajah yang cantik dan body yang aduhai. Dengan ukuran payudaraku yang 36B dan tinggi 170 cm serta berat 55 kg tak heran banyak pria yang mengejar-ngejarku. Tetapi tak satupun dari mereka yang kuperhatikan, hanya Erick, temanku sejak SD yang bisa menarik hatiku.<br />
<br />
Hubunganku dengan Erick pada awalnya hanya persahabatan saja. Namun lama kelamaan berubah menjadi rasa sayang dan cinta. Kami sudah berpacaran 2 tahun ketika aku duduk di bangku kelas 2 SMU. Hubungan kami pun belum terlalu jauh. Baru sampai pada tahap Petting saja. Itupun baru 1 kali kami lakukan. Karena kami takut kalau - kalau sampai keterusan. Erick sangat menghargai wanita dan dia ingin agar keperawananku tetap utuh sampai kita menikah nanti. Mungkin inilah daya tariknya yang tak dimiliki pria lain. Saya juga semakin mencintai Erick. Ini dikuatkan oleh suatu kejadian yang terjadi sewaktu kenaikan kelas saya ke kelas 3. Pada kesempatan ini, saya ingin membagi pengalaman saya tersebut.<br />
<br />
Suatu siang selepas pelajaran, saya sudah bersiap - siap pulang bersama Erick yang sudah menungguku di tempat parkir dengan Escudonya. Saya dengan Erick memang tidak sekelas. Dia dimasukkan ke kelas unggulan karena memang otaknya yang encer. Namun tiba - tiba, saya dikejutkan oleh suara Pak Yudhi yang memanggilku. Pak Yudhi adalah guru Matematikaku. Dia termasuk guru yang muda dan tampan yang ada di sekolahku. Dia baru berusia 25 tahun. Hanya berselisih 8 tahun denganku pada saat itu. Selain itu ia juga pintar dalam menarik perhatian murid - muridnya dalam menerangkan pelajaran. Itu sebabnya ia termasuk salah satu guru favorit di sekolah ini. Hubunganku dengan Pak Yudhipun sudah cukup dekat. Sebab memang dia itu guru yang asik buat dijadikan teman dan juga guru.<br />
<br />
"Ada apa, Pak?" sahutku<br />
"San, Apa kamu tahu kalau nilai matematikamu jelek?" tanyanya<br />
"Iya pak." jawabku singkat<br />
"Apa kamu gak takut gak naik kelas?" tanyanya dengan mimik heran<br />
"Takut sih, Pak. Tapi mau gimana lagi. Kemampuan saya kan pas - pasan" jawabku dengan cueknya<br />
"Kamu kan bisa belajar yang baik." Sarannya.<br />
"Saya sih sudah mencoba pak. Tapi tetap saja. Apa bapak bisa membantu agar nilai matematika saya mencukupi agar naik kelas?" Kataku sambil teringat kondisi kedua orangtuaku di rumah yang untuk hidup saja pas - pasan, apalagi mau menanggung biaya sekolahku yang harus bertambah 1 tahun lagi gara-gara gak naik kelas.<br />
"Bisa aja sih, Tapi ada syaratnya." Katanya sambil memandang nakal padaku<br />
"Apa itu pak? Kalau bisa pasti saya penuhi." Jawabku dengan antusias<br />
"Kalau kamu mau, kamu datang saja hari minggu nanti ke rumah saya. Ada yang mau saya sampaikan mengenai kenaikan kelasmu." Katanya serius.<br />
"Kenapa harus ke rumah Bapak? Kenapa tidak di sekolah saja?" Tanyaku heran<br />
"Ya gak apa - apa sih. Cuma kalau di sekolahkan ngomongnya tidak leluasa. Emangnya kamu takut sama Bapak ya? Kamu kan sudah kenal cukup dekat sama bapak." Katanya sambil tersenyum.<br />
"Bukannya takut, Pak. Tapi bingung aja." kataku.<br />
"Ya udah. Tapi kamu mau kan?" Tanyanya penuh harap.<br />
"Ya udah deh pak." Jawabku<br />
<br />
Sayapun segera beranjak pergi menuju tempat parkir. Waduh Erick pasti kesel nih nunggu lama. Sayapun langsung menghampiri Erick yang udah nunggu dari tadi di mobil.<br />
"Hai, San.. Kok lama?" Sapa Erick<br />
"Iya nih, Rick. Tadi dipanggil dulu ama Pak Yudhi." Jawabku<br />
"Pak Yudhi? Pak Yudhi yang guru Matematika itu?" Tanyanya heran.<br />
"Iya, rick. katanya nilai matematika gue jeblok nih. Gue terancam gak naik kelas." Keluhku.<br />
"Waduh, San. Kalau lu gak naik kelas, lu jadi adik kelas gua dong." Goda Erick.<br />
"Ye.. Jangan harap ya! Tapi gua kasihan nih ama keluarga gua kalau gua ampe gak naik kelas." Kataku tak mau kalah.<br />
"Udah gak usah sedih. Kan masih ada Erick di sini yang siap membantu. Lu kapan ada waktu? Biar gua ke rumah lu buat ngajarin lu." Katanya dengan bangga<br />
"Bener nih, Rick? Hm.. Kapan yah? Kalo hari Sabtu sore bisa gak?" Tanyaku penuh harap.<br />
"Kok Sabtu? Napa gak Minggu aja? Kan lebih asik." dengan bingung dia bertanya.<br />
"Ya gak apa apa sih. Cuma kan Minggu tuh waktu buat santai." Kataku untuk menyembunyikan rencanaku untuk bertemu Pak Yudhi. Aku takut Erick berpikir yang macam - macam.<br />
"Ye nih anak.. Mau naik kelas tapi masih pake acara santai - santaian lagi. Ya udah deh." Katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.<br />
<br />
Hari Sabtu sore Erick datang ke rumahku. Dia mengajariku Matematika. Namun, yang kuperhatikan justru cara dia menjelaskan yang lucu. Bukan pelajarannya. Akhirnya sampai pelajaran yang diberikan Erick selesai, tak satupun yang nyangkut di otakku. Aku hanya pura - pura mengerti untuk menyenangkan hatinya.<br />
<br />
Selesai belajar, kami pergi makan malam di sebuah restoran ternama di Jakarta. Ditemani cahaya lilin yang romantis kami berbincang - bincang tentang berbagai hal, termasuk rencana kami untuk bertunangan selepas SMU. Setelah makan malam selesai, Erick mengantarku pulang. Kami sempat berciuman di mobil. Erick memang lihai dalam memainkan lidahku. Dia juga romantis sekali orangnya.<br />
<br />
Akhirnya, hari Minggupun tiba. Saya berangkat ke rumah Pak Yudhi dengan naik angkot. Ketika saya sampai di alamat yang dimaksud saya agak terkejut karena ternyata rumah Pak Yudhi cukup besar untuk ukuran seorang bujangan. Saya mengetuk pintu.<br />
<br />
Tok.. tok.. Tok..<br />
"Iya sebentar" Terdengar suara pria yang kukenali sebagai suara Pak Yudhi.<br />
Pintupun terbuka, dan terlihatlah wajah Pak Yudhi yang tersenyum kepadaku.<br />
"Silahkan masuk, San. Maaf agak berantakan. Maklum masih bujangan" katanya sambil tersenyum.<br />
"Gak apa - apa kok, Pak. Saya sih maklum aja." Kataku.<br />
Sayapun masuk ke dalam rumah itu. Setelah dipersilahkan duduk, Saya pun duduk di sofa yang berwarna biru muda itu.<br />
"Mau minum apa, San?" Tanya Pak Yudhi.<br />
"Ah.. Terserah bapak saja lah. Apa aja juga boleh.." Jawabku.<br />
"Teh saja ya.. Kan masih pagi." Katanya sambil beranjak ke dapur untuk membuatkan teh untukku.<br />
"Waduh.. saya jadi gak enak nih, Pak. Masa' Bapak membuatkan teh untuk muridnya." Kataku dengan rasa tidak enak.<br />
"Ya gak apa - apalah. Kan saya jadi guru kalau di sekolah saja. Kalau di rumah ya saya tetap Yudhi. Jadi jangan sungkan-sungkan ya." Katanya sambil tersenyum.<br />
<br />
Kemudian Pak Yudhipun menyuguhkan teh untuk saya. Setelah menghirup seteguk, Pak Yudhipun memulai pembicaraan.<br />
"Sebenarnya saya hanya ingin mengajak kamu ngobrol, San. Katanya kamu berhubungan dengan Erick yang anak kelas 2a itu ya?" tanyanya.<br />
"Iya pak. Kami sudah pacaran 2 tahun." jawabku.<br />
"Oh.. udah lama juga dong ya. Kalau bapak boleh tahu, hubungan kamu sudah sejauh apa sama dia?" tanyanya penasaran.<br />
"Ehm.." Saya terdiam sejenak<br />
"Oh ya udah gak apa-apa kok kalo gak boleh tahu. Bapak kan cuma iseng mau nanya." katanya agak kecewa.<br />
"Hm.. Kalau boleh tahu apa tujuan bapak memanggil saya ke rumah Bapak?"<br />
"Ya kamu kan udah tahu. Ini mengenai kenaikan kelasmu. Kamu kan tahu kalau nilaimu itu pas-pasan. Terus kemarin kamu nanya Bapak apa Bapak bisa bantu. Ya Bapak mau bicarain cara membantumu itu." katanya sambil tersenyum.<br />
"Oh ya udah.. Bapak punya cara apa untuk membantu saya? Kalau uang sih saya tidak punya pak. Saya kan dari keluarga pas-pasan."<br />
"Tidak.. saya tidak minta uang. Saya tulus kok membantumu. San, apa kamu tahu kalau selama ini di kelas Bapak selalu memperhatikanmu. Sebenarnya Bapak tertarik sama kamu, San."<br />
"Hm.. Terus maksud Bapak?"<br />
"Ya.. Walaupun ini tidak etis. Tapi maukah kamu menukar nilai kenaikan kelasmu dengan tubuhmu itu. Bapak tidak memaksa kok. Kalau kamu bersedia, saya berjanji akan menjamin kamu naik kelas. Kalau tidak ya gak apa-apa."<br />
<br />
Saya terkejut dengan pernyataan Pak Yudhi barusan. Memang selama ini beliau selalu memperhatikan saya. Tapi saya menganggap perhatian itu adalah perhatian yang diberikan seorang guru terhadap muridnya.<br />
"Hm.. Bagaimana ya Pak. Tapi kenapa bapak memilih saya bukan yang lain?" tanyaku heran.<br />
"Karena kamu adalah orang yang bapak idam-idamkan sejak dulu. Lagipula Bapak sering terangsang melihatmu di kelas yang kadang-kadang tidak mengenakan bra." katanya agak sungkan.<br />
<br />
Kata-kata Pak Yudhi barusan membuat mukaku langsung merah seperti kepiting rebus. Memang selama ini saya kadang-kadang tidak memakai bra ke sekolah. Ini supaya sepulang sekolah, kegiatan saya dengan Erick tidak terhambat. Memang selama ini, kami sering melakukan ciuman-ciuman dan raba meraba sepulang sekolah di mobilnya Erick. Tapi saya tak menyangka hal ini pun diperhatikan Pak Yudhi.<br />
<br />
"Hm.. " aku bingung harus berkata apa.<br />
"Kamu tak perlu takut begitu, San. Bapak memberi kebebasan kok buat kamu. Kalau boleh tahu, apakah kamu masih perawan, San."<br />
"Hm.. iya, Pak. Saya dan Erick hanya sampai pada tahap Petting saja."<br />
Kataku sambil terbayang kondisi keluargaku yang memprihatinkan.<br />
"Bagaimana, San? Apakah kamu mau?"<br />
Kembali terbayang kondisi keluargaku jika aku tidak naik kelas. Tapi jika aku menerima tawaran Pak yudhi, berarti aku telah mengkhianati Erick. Aku benar-benar bingung pada saat itu.<br />
"Hm.. Tapi apakah Bapak akan melakukan Penetrasi? Saya masih perawan Pak.. Saya agak takut. Katanya itu sangat sakit. Lagipula saya takut kalau saya menyakiti perasaan Erick." kataku sedih.<br />
"Kalau kamu takut menyakiti perasaan Erick, apakah kamu pernah berpikir kalau-kalau bisa saja Erick sudah pernah melakukannya dengan wanita lain sehingga dia tidak mau melakukannya denganmu?" hasut Pak yudhi<br />
<br />
Kata-kata Pak Yudhi itu ada benarnya juga. Sebab selama ini, ketika saya sudah sangat terangsang ketika petting dan meminta Erick untuk penetrasi, ia menolak. Apakah dia hanya Jaga image di depanku? Kembali godaan-godaan setan berkecamuk di kepalaku.<br />
"Lagipula kalau kamu takut sakit, tenang saja.. Bapak tidak akan memaksa melakukan penetrasi kok. Tapi kalau kamu setuju, Bapak baru akan melakukannya. Kamu berpikir saja dulu, saya ke dapur dulu sebentar ya.."<br />
<br />
Pak Yudhipun beranjak ke dapur. Entah apa yang dilakukannya. Akupun kembali sibuk berpikir. Sampai akhirnya kuputuskan untuk menerima tawaran itu dan saya akan menolak sewaktu dia akan melakukan penetrasi. Sebab kalau sekadar petting saja, Erick pasti tidak akan curiga. Tak lama kemudian, Pak Yudhi kembali dengan membawa 2 buah gelas dan sebotol bir.<br />
"Bagaimana, San? Kamu sudah berpikir?" tanyanya penuh harap.<br />
"Ya udah deh, Pak. Saya mau. Tapi ingat jangan sampai Erick tahu ya, Pak. Dan juga bapak harus menjamin kenaikan kelas saya." kataku mantap.<br />
Pak Yudhipun tersenyum. Senyumnya sangat menawan. Memang ia sangat tampan. Bahkan boleh dikatakan lebih tampan dari Erick.<br />
"Terima kasih, San. Saya berjanji kamu akan naik kelas. Tunggu sebentar yah"<br />
<br />
Pak Yudhipun beranjak ke kamar. Saya merasa tegang juga melakukan hal yang biasa kulakukan dengan Erick kini kulakukan dengan Pak Yudhi, guruku. Tak lama kemudian, Pak Yudhi keluar dengan mengenakan kaus tanpa lengan dan celana panjang. Terlihat otot-ototnya yang menawan.<br />
"Kamu tegang ya, San? Kamu tenang aja. Oh ya, kamu jangan memanggilku dengan sebutan Pak lagi, Yudhi saja cukup." katanya sambil duduk di sampingku<br />
"Iya deh, Pak.. eh.. Yud" Aku masih canggung dengan panggilannya yang baru.<br />
"Mari diminum dulu, San.. Mungkin dengan ini kamu akan merasa lebih baik." katanya sambil menuangkan bir untukku.<br />
Sayapun meminum Bir yang diberikan Pak Yudhi itu. Kepalaku terasa agak pusing. Pak Yudhi yang paham akan kondisiku itu memijat-mijat kepalaku. Pijatannya terasa nyaman.<br />
<br />
Tanpa sengaja tangan Pak Yudhi menyentuh buah dadaku. Kebetulan pada waktu itu saya tidak memakai bra. Sehingga sentuhannya barusan membuat sensasi tersendiri bagiku yang sedang mabuk. Bibir kamipun bersentuhan. Yudhi mulai menciumiku. Dia melumat bibirku perlahan-lahan dari atas lalu ke bawah, lalu dia mulai menyelipkan lidahnya diantara kedua bibirku. sayapun membalas ciumannya dengan melumat kedua belahan bibirnya. Kemudian lidah kami saling berpagut satu sama lain. Aku menjilati seluruh mulutnya dan kuhisap lidahnya. Pandai juga guruku ini memainkan lidahku. Tak kalah hebatnya dengan Erick.<br />
<br />
Sementara kami berciuman, tangan Yudhi menjelajahi seluruh permukaan tubuhku. Seluruh permukaan tubuhku tak ada yang luput dari jamahannya. Akupun semakin bergairah diperlakukan seperti itu. Tanganku membalas perlakuan Yudhi dengan menjelajahi dadanya yang bidang. Tanpa sengaja tanganku menyentuh daerah bawahnya, terasa kalau ada sesuatu yang keras sedang mengganjal di sana.<br />
"San, bukain bajuku dong.." pinta guruku itu.<br />
Akupun menuruti permintaannya dan membuka bajunya itu dengan rasa agak canggung. Yudhi sepertinya memahami perasaanku. Dia kembali melumat bibirku dan tangannya mulai meremas payudaraku yang masih terbalut pakaian lengkap. Aku semakin terbakar gairah.<br />
<br />
Bajukupun satu persatu ditanggalkan. Kini aku hanya memakai celana dalam. Demikian juga dengan Yudhi. Penisnya terlihat menonjol dengan hanya dibalut dengan celana dalam berwarna hitam. Aku semakin bernafsu dibuatnya. Yudhi meremas-remas payudaraku dengan arah searah jarum jam. lidahnya menjilati celah antara kedua gunungku. aku serasa terbang ke langit ketujuh dibuatnya. Suatu perasaan yang belum pernah kudapat dari Erick. Akupun tak mau kalah, kutarik celana dalam hitamnya sampai merosot kebawah. Terlihat penisnya yang berukuran 17cm dengan bulu lebat. Penisnya lebih panjang sedikit dari punyanya Erick. Tetapi punya Erick lebih besar diameternya. Lalu aku mulai mengocok penisnya dengan tanganku. Dengan gerakan yang semakin cepat dan semakin cepat. Tampaknya penisnya sudah berereksi penuh. Akupun semakin bergairah melihatnya.<br />
"San, oralin aku dong.." pintanya<br />
<br />
Sebenarnya tanpa dimintapun, saya sudah pasti mau melakukannya. Melihat penisnya yang besar, aku semakin bernafsu saja. Dia dalam posisi duduk dan aku berjongkok di depannya dan mulai memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Mulutku sampai terasa penuh oleh penisnya. Penisnya masuk sampai mendekati tenggorokanku. Aku mulai menjilati penisnya di dalam mulutku. Terdengar erangan kenikmatan dari mulutnya. Sementara itu, tangannya tetap meremas payudaraku. Remasannya menimbulkan rasa sakit. Namun nikmat yang ditimbulkannya, lebih luar biasa. Aku memang paling suka kalau payudaraku diremas dan dijilat.<br />
<br />
Setelah kuoral selama lebih kurang 5 menit, penis itu tetap perkasa. Sekarang dia membaringkan aku di sofanya. Diturunkannya celana dalamku. Aku masih agak malu dilihatin dia yang notabene adalah guruku di sekolah. Aku mengambil bantal untuk menutupi daerah wanitaku itu. Namun dengan gesit ia menyingkirkan bantal itu dan menjilati vaginaku dengan posisi berlutut di sisiku. Sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Ia dengan lihai menggelitik daerah sekitar vaginaku. Lalu dengan lidahnya ia memainkan klitorisku. Sensasinya sungguh luar biasa. Pandai sekali dia memainkan vaginaku. Vaginaku sampai sangat basah dibuatnya. Namun dia malah senang dengan menghisap cairan yang keluar dari vaginaku itu. Bahkan lidahnya semakin liar bermain di vaginaku. Desahanku sudah mirip dengan teriakan. Ia tampaknya masih belum puas mengerjaiku. Dia malah menusukkan lidahnya ke dalam vaginaku. Memang tidak sampai terlalu dalam. Tapi kenikmatan yang kurasa sungguh luar biasa.<br />
<br />
Diperlakukan seperti itu, aku tak bisa tinggal diam. Aku angkat pinggulku, agar lidahnya bisa menjilati seluruh bagian vaginaku. Tak berapa lama kemudian akupun orgasme. Aku merasakan seluruh permukaan tubuhku tegang dibuatnya. Akupun berteriak..<br />
"ARGH.." Inilah orgasmeku yang pertama dengan guruku.<br />
Setelah perasaanku tenang menikmati sisa-sisa rasa orgasme tadi. Dia tersenyum padaku sambil berkata.<br />
"Udah keluar ya? Kita ganti suasana yuk.. Main di kamar aja ya.." Ajaknya sambil tersenyum penuh kemenangan.<br />
<br />
Antara setengah sadar dan tidak saya mengangguk. Diapun segera menggendong saya ke kamarnya.<br />
dia membaringkan saya di tempat tidurnya. Kemudian dia menyodorkan penisnya diantara kedua belahan dadaku. Akupun meremas penisnya dengan menggunakan vaginaku. Dia pun mendesah menahan nikmat. Dia kembali menjilati liang vaginaku. Vaginakupun kembali basah dibuatnya. Rasanya vaginaku ingin ditusk dan digelitik-gelitik. Dia tampaknya bisa mengerti apa yang kurasakan.<br />
"San, aku masukin ya..?" Mintanya dengan nada memelas.<br />
<br />
Aku yang sudah terbawa nafsu mengiyakan permintaannya. Namun, ia masih mau mempermainkan saya. Ia menggesek-gesek penisnya di sekeliling vagina saya. Saya sampai memohon padanya agar memasukkan penisnya ke dalam vagina saya.<br />
"Masukkin.. Cepet.. argh.." Pintaku.<br />
<br />
Lalu, Ia mulai memasukkan penisnya perlahan-lahan. Agak sakit kurasa di sekitar vaginaku. Penisnya yang besar memasuki vaginaku yang masih sempit karena masih perawan. Setelah dia mendesak masuk dengan sekuat tenaga, penisnya baru masuk 1/2 bagian. Aku sudah menangis kesakitan. Teapi dia sangat lihai. Dia melumat bibirku dan meremas payudaraku sehingga membuat vaginaku lebih basah lagi. Dan akhirnya, penisnya masuk total ke dalam vaginaku.<br />
<br />
"Argh.. Sempit sekali San memekmu.." erangannya membuatku makin bernafsu. rasa sakit tak kupedulikan lagi.<br />
<br />
Setelah beberapa saat berada dalam vaginaku, ia mulai menarik 1/2 penisnya kemudian memasukkannya lagi. Ia terus melakukan gerakan ini berulang-ulang. Mula-mula terasa amat sakit buatku. Namun lama-kelamaan rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat yang luar biasa. Gerakannya semakin cepat dan gencar. Gerakannya aku imbangi dengan goyangan pinggulku ke kiri dan ke kanan. Akhirnya, tak lama kemudian kamipun mencapai orgasme pada saat yang bersamaan. Spermanya bercampur dengan darah keperawananku keluar dari vaginaku. Setelah beberapa saat, Pak Yudhi memecah keheningan<br />
"Terima Kasih ya San. Kamu sudah mau memberi keperawananmu kepadaku." katanya sambil tersenyum.<br />
<br />
Aku menyesali perbuatanku itu. Aku telah mengkhianati Erick. Tanpa terasa air mataku mengalir keluar. Pak Yudhi mengusap air mataku dengan tissue.<br />
"Tenang saja, San. Jangan menangis lagi. Kamu pasti akan naik kelas." kata Pak Yudhi menenangkanku.<br />
<br />
Akhirnya saya memang naik kelas ke kelas 3. Sebelum saya dan Erick bertunangan, saya menceritakan kejadian ini kepada Erick. Sebab saya merasa bersalah padanya. Namun, Erick memang pria yang baik. Ia tetap mau bertunangan denganku walaupun aku sudah tidak perawan lagi. Hubunganku dengannya tetap berjalan sampai sekarang. Aku sangat menyesal telah mengkhianatinya. Maafkan aku ya, Rick.. Aku berjanji akan tetap setia sama kamu seumur hidupku.Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-71205217576299111072010-10-24T12:14:00.003-07:002010-10-24T12:14:50.904-07:00Ngentot ABG Anak SMP Surabaya, Haniini cerita lama gw, waktu itu awal tahun 94. gw dapat tugas dari bos gw ke surabaya…gile bener gak nyangka jg gw yg disuruh setau gw kantor cabang di surabaya baru buka dan yg pasti masih berantakan semuanya…<br />
yg jd pikiran gw dimana gw mo tinggal/ngekos, masalahnya bos gw bilang gw paling lama 3 bulan di surabaya…glek !! Hmmmph.gif<br />
<br />
gw take off dr jkt jam 06.00 pagi pake penerbangan pertama waduh hujan gerimis campur petir lg…mpot2an jg gw jadinya. untungnya pas landing di juanda cuaca dah terang, langsung aja gw pake taksi ke wtc/delta plaza surabaya tempat kantor gw..setelah urusan selesai dikantor gw mulai tanya tempat kos sm temen gw disana. dia bilang, “itu mah gampang, skrg malam ini kamu nginep dulu ditempatku, besok kamu tinggal nempatin tempat kosnya aja.” busyet dah…rupanya temen gw dah ngatur semuanya !! thanks god….. Praying.gif<br />
<br />
besoknya setelah jam kantor gw dianter sm temen gw ke tempat kos. heran campur bingung, ” koq tempatnya kayak rumah biasa sih mas?” tanya gw. “emang…tp yg punya rumahnya kenal baik sm sy, terus dia malah yg nawarin suruh ngekos disini.” jawab temen gw enteng.<span class="fullpost">rumah itu tempat tinggalnya mbak naniek, suaminya seorang pegawai negeri dan dia punya 3 orang anak. 2 perempuan n 1 laki2…mbak naniek sendiri punya usaha toko dipasar dekat daerah waru-sidoarjo.<br />
“ya udah, kamu tinggal disini aja, anggap aja rumah sendiri.” kata mbak naniek halus. “makasih ya mbak..maaf kalo ngerepotin.” jawabku polos.<br />
“ini hani ana mba yg nomer 2 biar bongsor gini dia br kelas 3 smp, yg ini dimas anak bungsu mbak br kelas 5 sd. yg nomer 1 dah kuliah di jogja.” lanjut mbak naniek. gile bener…gw lihat bodi si hani bohay abis…bemper belakang semok n dada dah nongol ky orang gede Love.gif Love.gif<br />
<br />
dah hampir sebulan gw tinggal di rumah mbak naniek…tiap pulang kantor dg lihat si hani lg nonton tv sambil ngemil..kadang2 dia suka nanya..”koq baru pulang om!” atau “lembur terus ya om!” kujawab aja singkat “iya han…capek banget nih! mana ibu? belum pulang ya?. “sebentar lgi kali om” jawab hani polos.<br />
yg gw perhatiin si hani selalu pake rok mini udah gitu duduknya selenge’an lagi…paha mulusnya keliahatan ke-mana2 cuma dia cuek banget, bikin gw tambah gemes…kalo lg iseng dia suka nyamperin gw dikamar, suka tanya2 kerjaan gw atau pr sekolahnya dia. kadang gw ngerasa risih tp mbak naniek n suaminya jg tau kalo si hani suka main2 dikamar gw…tp so far no problem at all! malahan mbak naniek suka nyuruh si hani buat nemenin gw ngobrol atau ngebantuin kerjaannya dia.<br />
<br />
suatu hari gw ijin pulang dari kantor jam 12.00 siang karena semalam gw lembur sm pagi… Yawn.gif jelas msh ngantuk coy..sampe rumah kos, koq sepi banget ya..pada kmana niy..si dimas gak kelihatan. pas gw buka pintu…eh ada si hani lg nonton tv sambil tiduran disofa…pae rok mini & tank top…glek! montok banget…! Drooling.gif<br />
“koq dah pulang om!” tanya si hani..”iya nih..kecape’an kemarin” jawabku singkat. langsung aja gw ke kamar ganti baju. “mo makan sakarang gak om?” tanya si hani didepan pintu kamar gw. “nanti aja deh…bikin es teh manis buat om aja deh..eh si dimas mana?” tanyaku “ikut sama ibu ke toko…nih om es tehnya! mo dipijitin gak sama hani?” jawabnya polos yg bikin gw kaget… :spiteful: “boleh jg nih…” pikirku<br />
sambil mijit2 si hani nanya “om dah punya pacar belom? koq gak pernah keliahatan mo ngapel?” “udah tp jauh dijakarta!” jawabku singkat. “kalo kamu dah pacaran belom han?” gantian gw yg nanya. “ya gitu deh…ada temen sekolah, tp ga berani kesini abisnya gak boleh sm ibu klo ketahuan bisa marah2 lagian pacar hani reseh suka minta cium2 terus..!” jawabnya panjang “oh gitu ya…kan enak klo dicium pacar han” jawabku usil :spiteful: “iya sih tp hani ga bisa klo ciuman pake bibir…” jawab hani…”masa sih gak bisa…mo om ajarin gak?” kataku sambil nyengir Kiss.gif<br />
“gimana siy om?” tanya si hani polos banget “bener kamu mo om ajarin tp jgn ngomong ke ibu ya! terus m jgn marah klo om keterusan..”<br />
“iya deh..tenang aja om” sambung si hani.<br />
<br />
wew…ini dia pucuk dicinta hornipun tiba….biasanya gw cuma bs ngebayangin bodi si hani tp sekarang gw dah siap nomplok…. Love.gif kebeneran rumah lg sepi ga ada siapa2 lg selain hani & gw.<br />
langsung gw mulai ngajarin dia cara cipok2 ala kadarnya…gw pegang pipinya yg halus terus gw langsung samber bibirnya yg mungil, gw kulum bibirnya terus gw olah persis seperti adonan kue…gw lihat mata si hani merem tadinya bibirnya tertutup tapi kelamaan ngebua dikit…gw mainin lidah gw terus gw kulum lg lidahnya…persis kayak french kiss getu deh… Kiss.gif<br />
<br />
“kaya gitu aja han klu ciuman bibir” kataku sambil mengharap lebih. “udah kaya gitu aja om!” tanya si hani heran. “ada lg sih klo cara om biasanya seperti ini…amu tiduran aja sini” jawabku<br />
langsung aja gw sosor lg bibir sihani kali ini tangan gw gak mo tinggal diam, dada si hani yg montok langsung gw grepe2 ma tangan kiri n tangan kanan gw mulai ngejelajah pahanya yg montok. dari bibir gw langsung sosor lehernya dan gak lupa kuping si hani…gw kulum abis. ‘geli om…..hhmmhhh!” kata si hani pende campur melenguh. dada si hani gw remes abis sampe ga ada sisa. tangan gw mulai masuk ke bajunya dia….aje gile!!! pentil mungil nan lucunya dah bangun tanda horni, langsung aja gw pelintir kanan-kiri….”mmhhhh…sshhhhh….ahhhh om!” yang keluar dari mulut hani cuma itu. spontan gw isep2 pentilnya si hani, tangan dia meganging kepala gw sesekali ngejambak rambut gw tanda kegelian…<br />
tangan gw mulai turun ke selangkangannya dia, wew…ternyata msh belom ada jeminya Peace.gif vegi-nya dah mulai agak becek dikit. gw mainin kacangya wah si hani msh orisinil rupanya.. :nyam:<br />
gw pelorotin celana dalam warna putihnya…”jgn om, hani malu tau…!” pintanya “gak apa2 han, biar kamu nanti tau” jawabku bokis…<br />
sengaja gw ga buka roknya sm bajunya…ga pake tedeng aling2 lg gw langsung jilat vegi-nya si hani yg dah becek banget…wuih…wangi-nya khas banget.<br />
“sshhhhhh…ahhhhhhh…geli om! sssshhhhhh…ooohhhhhh!” rintih si hani yg adang agak keras tapi bodo amat gak ada orang ini pikirku.<br />
warna vegi-nya yng msh merah main nambah horni gw..jilat terus sampe kedalem2…<br />
tiba2 kaki si hani2 ngejepit kepala gw…”hmhhhhhhh…sssshhhhhhh…ohhhhhh…!” cuma itu yg keluar darimulut si hani sambil ngangkat pantat sedikit tanda klimaks…gak pake nunggu langsung gw jilat habis cairan putih khas martabak vegi si hani…..gurih jg !! Tounge.gif<br />
“knp han? gmn rasanya? mo lg gak?” tanyaku “td pengen kencing om! habis gak kuat nahannya! udah ah om geli banget sih…” jawab hani<br />
“sekali lg deh ya….yg ini lain lg han!” kataku sambil tiduran disampinya “lain gmn om? tanya hani penasaran “kamu tiduran aja ya!” jawabku<br />
si hani nurut aja tiduran…terus gw renggangin kakinya..waduh..vegi-nya si hani imut banget, itu yg bikin gw gak tahan..gw gak mo kelewatan nyodok vegi orisinil kayak gini nih…. Shocked.gif gw bua celana pendek gw…si hani melongo lihat gw gak pake celana…tapi dia gak bisa ngomong apa2 lg, kepalang tanggung kali…<br />
kaki kiri si hani gw angkat n gw taruh di pundak…trus gw tuntun mr.p gw ke vegi-nya si hani…busyet…rapet banget….”ah sakit om….pelan2 aja ya..ssshhhhhh!? rintih si hani. keringet gw dah ngucur saing semangatnya….gw sodok lg, masih belum bisa si hani melenguh lg….”mmmmhhhh…sssshhhhhh…aaahhhhh!” gw tarik lg trus gw sodok lg sampe bener masuk e vegi-nya si hani….”bleeeeessssss….” sampe kerasa banget ngedobrak pintu vegi si hani. “aaaahhhhh….aaahhhhh….sssshhhhhhh….oooohhhh” si hani ngejerit sedikit langsung aja gw tutup mulutnya pake tangan sambil tidak lupa genjoooootttttt teruussssss….!!! wink2.gif<br />
gile bener….lobang si hani bener2 sempit kaya gang senggol! disodok sm mr.p gw kayaknya gak muat kali….terus gw lihat ada bercak warna merah agak pink yg nempel di mr.p gw….sorry hani, you have lost your virginity!!!<br />
otomatis ml sm amatiran begini gw yang repot…setelah gw genjot diberbagai posisi si hani cuma bisa melenguh sambil meganging tangan gw atau seprai kasur…bibirnya selalu digigit matanya merem melek…tapi gw dah gak peduli….lalu si hani ngangkat pantatnya lagi pahanya coba ngejepit badan gw “ssshhhhhh…oooohhhhh…om hhaannnni gaaaak taaaahhhann laaaggi.. hhhmmhhhhhh.aaahhhhh!” lagi2 si hani muncrat mr.p gw yg belepotan ma oli si hani gw cabut dulu…sedot lagi bleh…..waduh…skrg gw lihat vegi-nya si hani ada lobangnya…nganga lagi… Hmmmph.gif setelah itu gw sodok lg, kali ini gak susah banget kayak yg pertama. tapi skrg gw pake gaya doggie style tp gak lama si hani dah gak tahan lg…..muncrat, terus gw suruh dia telentang lg..kali ini misionaris style, yg pasti deep penetration gw gak mau lama2 lg kasihan jg si hani…sambil gw genjot tangan gw ngeremes nenen & pentilnya si hani, terus gw isep. si hani dah gak bs ngapa2in lg selain “aahhhhh…..ooohhhhhh…sssssshhhhhhh…mmmmhhhhhhh” :im_not_worthy:<br />
<br />
gak lama setelah itu mr.p terasa mau klimaks….genjotan gw cepetin dikit…tapi tiba2 si hani ngejepit badan gw lg…waduh…”bisa2 klimaks banreng nih..tp kalo muncrat didalem bisa berabe…ah bodo amat gmana nanti aja! paling gw beliin obat anti hamil aja di apotik” pikirku gampang.<br />
“aahhh…..om..hhanni gakk kuat naahhaan laaggi nnihh..!” rintih si hani yang kali ini hampir gak kedengaran. “iya han..om jg dah gak tahan nih…” terus gw genjot…gak lama kemudian….”ooohhhh…” gw mau tarik mr.p gw tp kaki si hani malah ngejepit pinggul gw, rupanya dia jg klimaks…”oohhhhh…ssshhh…!” kontan aja gw gak bisa ngapa2in…crrrroooottttt…cccrrrooootttt…ccrrrroooootttt….oli gw dah keluar dulu, ya udah tanggung gw jeblosin lagi ke vegi-nya si hani….ccroooootttt…crroottt crooott…busyet kayaknya vegi-nya si hani banjir sm cairan gw.<br />
<br />
napas gw ngos2an banget sambil tiduran disamping si hanni, gw belai rambutnya sesekali gw raba lagi nenennya…”han, kamu gak pa2 kan?” tanyaku “gak pa2 om! enak jg sih tp ininya hani agak perih nih…ntar jgn bilang sam ibu ya om!” jawab hani<br />
“kalo km mo kayak gini lg tinggal bilang sm om ya!” kataku “iya om…kalo besok bisa gak om?” jawabnya polos….busyet nih anak, ke’enakan rupanya… Tounge.gif<br />
<br />
setelah pake baju lagi si hani ketiduran dikamar gw…”waduh gimana nih klo ibunya datang?” setelah gw beresin kamar gw langsung aja gw ke ruang tamu nonton tv sambil tiduran…badan gw cape banget tp gak bisa tidur jg…<br />
<br />
Dah agak sorean, mba naniek datang…dia heran gw tiduran di sofa…”tumben dah pulang de? koq tiduran disofa?” tanya mbak niniek. “iya mbak, td saya ijin pulang kantor, pas smp rumah si hani lg tiduran tuh dikamar sambil denger tape” jawabku datar. “biar aja deh mbak biar saya tiduran disofa dulu” tambahku sama mbak naniek.<br />
<br />
lancar……gak ada masalah….sejak itu selama gw disurabaya kebutuhan buat mr.p gw jd mudah dan murah. malahan si hani suka diem2 tidur dikamar gw smp pagi yang pasti gw sikat dulu… </span>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-76642656913033328022010-10-24T12:09:00.003-07:002010-10-24T12:09:58.361-07:00Ngentot keponakanku RikaRika adalah anak dari kakaknya bini gue.sekarang masih sekolah di salah satu smp di jogja utara kelas3,dengan tubuh yang bongsor si rika sudah tampak seperti cewek yang berusia 18tahunan,padahal umur rika baru 16tahun.di sekolahan nya rika terkenal dengan kenakalan nya yang sering bikin pusing kakak bini gue.suatu ketika gue di suruh ma kakak bini gue sebut aja martha untuk ngambilin raport kenaikan kelas di sekolahan si rika,berhubung waktu itu gue ada waktu luang gue bantuin ngambil raport nya si rika.gue langsung pergi ke sekolahan keponakan gue rika.sesampai nya di sekolahan nya rika kaget”‘loh kok om yang ngambilin raport rika mama ke mana tanya rika ke gue,tadi om di suruh ama mama nya rika ngambilin raport rika mama nya rika gak bisa ngambilin katanya tadi ada janji ma teman nya.wah klau gitu asyiuk dunk klau yang ngambilin raport rika si omm,ntar klau di kasih tau ama wali kelas nya rika om jangan bilang ke mama ya.rika takut klau di marahin.ok tapi ada syarat nya klau rika suruh om gak buka mulut ke mama nya rika,apa om syarat nya??? .pokok nya klau om gak ngomongin omongan wali kelas nya rika ke mama rika sanggupin syarat om kata rika sambil gue di suruh masuk ke ruang tempat pengambilan raport.sewaktu gue ngambil raport nya rika emang bener apa kata rika tadi,ternyata kelakuan keponakan gue yang satu ini emang nakal.<br />
ama wali kelas nya si rika gue di kasih tau klau slama di dalem kelas si rika suka nya ngerumpi ma temen2,suka rame.tiap hari pasti rika bikin ribut ma temen2.busyyeet dech gue hanya bisa nanggapin semua omongan wali kelas rika dengan santai.<span class="fullpost"><br />
belum lagi urusan biaya spp rika yang 3 bln belom di bayar ma rika(di gelapin buat foya2 ama temen2 nya)dan yang bikin gue malu rika di naikin ke kelas3 itu pertolongan dari pihak sekolah dengan syarat rika dapat mengubah kebiasaan jelek nya dan mengubah perilaku rika yang selama ini gak baik.setelah gue ambil raport gue samperin rika di kantin sekolah nya,gmana om pasti tadi di bilangan semua tentang kelakuan rika di sekolahan kan ama wali kelas rika tadi.tau aja rika,kalau tadi rika suruh om gak bilang2 ke mama tentang pembicaraan om ama wali kelas nya rika sekarang gantian rika yang harus memenuhi syarat yang om berikan tadi ok.OK..OM,ngomong2 syarat nya apa nih rika penasaran nich.ntar rika juga tau sendiri kata gue sambil cubit paha rika<br />
mau tau syarat nya,,syarat nya rika harus nemenin om jalan-jalan ke xurang mau kan,,,klau cuma itu aja sih rika mau2 aja,lagian rika pengen jalan-jalan.<br />
langsung aja gue tancep gas menuju xurang yang begitu banyak kenangan indah antara gue ama beberapa abg.<br />
di dalam perjalanan dai sekolahan si rika ampe xurang kadang gue cubitin paha nya yang mulus putih..iihhh om nakall ntar rika bilangin tante loh,kok gitu sih om aja gak akan bilangin omongan wali kelas rika tadi ke mama rika kok rika mo bilangin om ke tante,,,ooiiyaa rika lupa.seampe nya di xurang gue langsung pesankamar di hotel langganan gue.kata penjaga hotel nya ke gue,koban nya keberapa boss kok masih muda banget nih cewek cantik lagi..ahh bisa aja loe kata gue sambil kasih tips ke penjaga hotel yang sudah tau kebiasaan gue klau dateng ke hotel nya.<br />
turun dari mobil gue langsung ke kamar hotel yang kebetulan hari itu banyak kamar yang kosong jadi tinggal pilih,lohh kok pesan kamar hotel segala buat apaan kata rika???kaya nya tadi rika mau memenuhi syarat yang om bilang ke rika gimana sih!!tapi kan gak harus pake acara pesan kamar hotel segala.udah dech pokok nya rika nurut aja ma om,kata gue sambil ajak rika masuk kamar hotel.sampe dalem kamar gue suruh rika lepasin seragam smp nya.rikaa gak mau lepasin seragam rika di depan om,rika kan malu..kata rika .gak papa lagi kan om yang nyuruh,om rika mau nanya ama om sebenar nya maksud om tuh apa kok ajak rika ke xurang trus ajak rika masuk kamar hotel tuh apa.rika takutt ntar rika di perkosa lagi ama om.<br />
enggak rika om gak akan perkosa rika.tadi kan om bilang ke rika klau syarat yang harus rika penuhi adalah nemenin om jalan-jalan di xurang.sekarang syarat yang ke 2 rika harus nemenin om tidurr mau kan rika??GILLAAAA apa ..om tuh dah gila ya kok mau ngajakin rika tidur bareng om,rika gak mau!!rika jangan marah2 dulu dunk om kan lom selesai bicara nya,klau rika mau nemenin om tidur,om gak akan ngomongin apa yang telah di omongin ma wali kelas nya rika klau rika gak mau juga gpp kok.rika diam beberapa menit..omm rika tuh masih perawan jadi nya rika takutt klau harus kehilangan keperawanan rika.klau om minta selain keperawanan rika,rika bisa kasih ke om.akhir nya rika mau juga penuhin syarat nya meskipun gue gak bisa petik keperawanan rika,gpp dech yang penting hari ini gue bisa ngerasain tubuh rika yang putih mulus..<br />
klau mau rika kayak gitu gak papa sekarang rika buka seragam sekolah nya om janji gak akan ambil keperawanan rika.janji ya om kata rika sambil membuka baju seragam smp nya,setelah rika buka baju seragam nya gue suruh rika buka rok biru smp nya juga sampe akhirnya rika telanjang bulat di depan gue sambil menutupi buah dada nya yang terlihat begitu menggoda,rika dah telanjang sekarang apa yang harus rika lakuin om.emmm sekarang rika bukain celana om dunk kata gue sambil meraih tangan rika gue arahin ke celana gue,tampak nya rika masih malu-malu sewaktu membuka celana gue di tandai dengan rika memejamkan mata nya ketika membuka celana gue.setelah celana gue di lepasin ma rika gue suruh rika pegang kont**l gue yang dah tegak berdiri.rika terkejut meliat kont**l gue ketika gue suruh buka mata nya yang rika pejamin,gue suruh rika kocokin kont**l gue dengan tangan nya,perlahan namun pasti rika mulai mengocok kont**l gue sambil gue remas-remas buah dada rika yang masih kencang.ooohhhh..oohhh..ooohhh enak banget rika terussss…desah gue ngerasain kocokan tangan rika,setelah 15 menit rika kocokin kont**l gue dengan tangan nya gue suruh rika emutt kont**l gue dengan mulut nya.<br />
perlahan gue tempelin kont**l gue ke mulut rika yang masih tertutup.tampak nya rika masih malu untuk meng oral kont**l gue dengan mulut nya.gue remas buahdada rika kencang rika berteriak langsung gue masukin kont**l gue ke mulut rika yang menganga karena gue remas buah dada nyaaaggghhh,,,pelannn-pelann omm,hhhmmppp.desah rika saat kont**l gue masuk ke mulut nya yang mungil.perlahan gue gerakin pantat gue maju mundur menyetubuhi mulut rika…ooohhhh..oohhh..ooohhhh….enak nya mulut kamu rikaaa,,,oohhhhh,,,di sedot-sedot kont**l gue sambil sesekali di jilatin lobang kencing gue…ooohhh..oohhhh..sambil gue terus remas-remas buahdada nya nya bikin gue gemess,,,setelah hampir20 menit berlalu gue ngerasa klimaks gue dah mau nyampe gue gerakin kont**l gue lebih cepat hingga akhir nya crrroottt…crrroootttt,,,crrrooottt,,sperma gue masuk terlelan rika,tampak rika gelagapan meliat gue klimaks sambil berusaha ngelepasin kont**l gue di mulut nya tapi berhubung gue pegangin kepalanya jadi sperma gue tetap aja terlelan ma rika..setelah semprotan yang terakhir gue cabut kont**l gue dari mulut rika..tampak sisa-sisa sperma gue keluar dari mulut rika menetes membasahi dagu nya turun ke buah dada nya,,omm jahat kok di keluarin di mulut rika sih kata rika kesal.abis nya sedotan rika bikin om gak tahan jadi lupa mau narik kont**l nya dari mulut rika.<br />
sekarang kan rika dah penuhin syarat yang om berikan ke rika,ini ada uang 150rb buat jajan rika,makasih omm puas banget.<br />
ok om.tapi om janji ya gak akan ngomong ke mama tentang pembicaraan om ma wali kelas rika.klau itu sih om jamin gak akan bilang ke mama nya rika,kata gue sambil beranjak dari ranjang ke kamar mandi.setelah gue mandi gue suruh rika mandi trus kita pulang,sesampai nya di rumahnya rika ternyata kakak bini gue lom pulang,langsung aja gue cabut pulang ke rumah,sebelum cabut gue bilang ke rika.klau kapan2 om ajak gituan lagi rika mau kan.rika cuma tersenyum,gue langsung pulang dengan sejuta kenikmatan yang telah di berikan keponakan gue rika </span>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-76625194415061350942010-10-24T12:07:00.000-07:002010-10-24T12:07:15.718-07:00Gairah Dina, Adik PacarkuSaya Masih Ingat Betul Kejadian Ini. Kejadian Yang Menurut Saya Sangat Luar Biasa. Kejadian Itu Terjadi Hari Sabtu, Tepatnya Pukul 13:36 WIB. Ceritanya Begini….<br />
<br />
Seperti Biasa Kalau Hari Sabtu Saya Ngapel. Rumah Cewek Saya Tak Jauh Dari Tempat Tinggal Saya. Kalau Tidak Salah Waktu Itu Saya Berangkat Menuju Kerumah Pacar Saya Pukul 11:13, Karena Rumahnya Lumayan Dekat Saya Tiba Pukul 11:17, Setiba Dirumahnya, Saya Selalu Mengetuk Pintu Terlebih Dahulu…<br />
<br />
Took…. Took… Took… Yaank….<br />
<br />
Tak Lama Kemudian, Dina Adiknya Pacarqu Menyapa Dari Dalam Kamarnya yg Kebetulan Letaknya Didepan….<br />
<br />
Dina: Kak.. Masuk Ajah Dulu Kedalem… Mbaknya Belom Pulang…<br />
<br />
Saya Langsung Buka Pintu dan Masuk Kedalam…<br />
<br />
Saya: Din.. Mbak Kemana?<br />
<br />
Dina: Mbaknya belom Pulang Kak… tadi, Mbak SMS tolong Kasih Tau Mbak Pulangnya Agak Lamaan.. Lagi Ada Rapat OSIS..<br />
<br />
Saya: Ooo… Ohya Din.. Mama Kemana?? Sepi Banget Rumah..<br />
<br />
Dina: Mama Lagi Pergi Kondangan Kak…<br />
<br />
Saya: Kemana Din?? Dah Dari tadi Perginya??<br />
<br />
Dina: Ga Tau Kak… Belom Lama Jalan..<br />
<br />
Saya: Din, Lagi Ngapai?? Kok Tumben Dah Pulang??<br />
<br />
Dina: Lagi Ganti Baju kak… Iya Nih Tumben.. hehehe…<br />
<br />
Tak Lama Kemudian Dina Keluar Dari Kamarnya dan Kedapur Untuk Mengambil Air Minum Tuk Saya…<span class="fullpost"><br />
Dina: Nih Kak Minumnya..<br />
<br />
Dina Sambil Meletakkannya di meja. Ketika Meletakkan Dimeja Tak Sengaja Saya Melihat Toketnya Yg Mulus Jauh Dari Toket Punya Pacarqu. Walaupun Tak Kelihatan Seutuhnya Tetapi Sudah Cukup Membuat ku Sange. dan Sempat Berpikiran Kotor. Tak Lama Kemudian Pacarqu SMS..<br />
<br />
Yaank.. Maaf Ya Kamu Kelamaan Nunggu aku… Aku Ada Rapat Mendadak Nih… Aku Pulang Sore2 Banget Yank… Chayank Kamu Minta Temenin Ngobrol Ajah Sama Dina..<br />
<br />
Itulah Isi SMS Dari Pacarqu. dalam Benak Saya Wah Kebetulan Sekali Siapa Tau Bisa Dapet Dari Dina. Lumayan Laah Kali2 Aja Bisa Pegang Pegang…<br />
<br />
Dina Masuk Kembali Kekamarnya. dan Mengajak Saya Untuk Nonton Televisi…<br />
<br />
Dina: Kak.. Masuk Ajah Kesini… Nonton TVnya Disini Ajah..<br />
<br />
Saya: Iya deh..<br />
<br />
Pikiran Saya Tambah Kotor. Saya Langsung Masuk Kekamar. dan Mulai Nonton TV Bareng bareng Dina. Saya Dan Dina Mengobrol Sembari Saya Melihat Toketnya Dari Luar Tangtop. dan Juga Saya Melihat Pahanya Yg Mulus. Pada Saat Itu Saya Ingat Betul Dina Memakai Tanktop Putih Yang Agak Tipis Mungkin Itu Cuma Tuk Menutupi Pakaian Dalam Saja. Dan Dina Masih Mengenakan Rok Pendek SMP. Walaupun Dina Masih Kelas 3 SMP, Woow Bodynya Ga Kalah Dengan Pacarqu Yg Kelas 3 SMA. Wajahnya pun Beuh Jauuh Cantikkan Dina. Bibirnya.. Facenya… Ditambah Dina Anaknya Centil, Kegenitan Bangeet. Tak Lama Ngobrol Dina Beranjak Dari Tempat Duduknya. Dina Mengaca Kecermin Sesekali Matanya Menuju Ke Saya Mungkin Dia Ngerasa Saya Terus Menatapinya dengan Tak Wajar.<br />
<br />
Dina: Kak Ngeliatin Dina Kok ampe Segethoonyaa Seech?? Dina Cantik Khaan??<br />
<br />
Saya: Uuuh Ke PD an Bengett..<br />
<br />
Dina: Yee… Dina Tauu Kalee Kak Dari Tadi Liatin Apaaa??? Secaraa Dina Gthoo Ya kan?? Toket Dina Maah lebih Manteb daripada Ceweknya..<br />
<br />
Dina Sambil Memegang Kedua Toketnya Dari Luar. Dan Bergaya Sedikit Nakal. Waah Kucing Di Kasih Daging.. hehehe.. Perlahan Saya Menghampirinya..<br />
<br />
Saya: Apaan Kecil Gitu… Mendingan Punya Mbak Beuh Mantab..<br />
<br />
Saya Berbohong Kepada Dina, Padahal Saya Gak Kuat Lagi Liat Toketnya Dina. Dari Luar Ajah Dah Manteb Apalagi dari Dalam. Saya Mencoba Tuk Memancing Dina..<br />
<br />
Saya: Din, Bra nya Kali Yang Gede Bukan Toketnya??<br />
<br />
Dina: Ya Ampuun kak… Bra nya Biasa Gak Gede..<br />
<br />
Dina Sambil Mengintip Sedikit Kedalam Tanktopnya…<br />
<br />
Saya: Din, Mana Coba Kalo Berani Sini Kasih Liat..<br />
<br />
Dina Sambil Menurunkan Sebelah Tali Tangtopnya Dan Bra yg Menutupi Toket Terlihat Juga..<br />
<br />
Dina: Nih… Montok Kan??<br />
<br />
Dina Sambil Menggigit Bibirnya Sedikit…<br />
<br />
Saya: Lumayan… Tapi Dua2nya donk din…<br />
<br />
Dina: Yee… Ke enakan kakak Donk…<br />
<br />
Dina Sambil menaikan Kembali tali Tanktopnya. Sambil senyum. Tak Lama kemudian Dina Membuka Kedua Tali Tanktopnya.<br />
<br />
Dina: Nih Kak… Dina Maah Bae Hati…<br />
<br />
Saya: Iya Deh Ngaku Toket Dina Mang Hot Abiess…<br />
<br />
Dina Tersenyum Nakal. dan saya terus Mencoba Lagi…<br />
<br />
Saya: Din, Pegang Ya??<br />
<br />
Dina: Karena Dah Ngaku.. Nih Dina Kasih..<br />
<br />
Saya: Din, Pintunya Kunci Dulu Nanti Ada Yang Masuk..<br />
<br />
Dina Mengunci Pintu Dan Menghampiri Saya. Dina Membuka Tali Tanktopnya. Saya Mulai Memegang Sembari Mencium Toketnya. saya Menyuruh Dina Tuk Buka Tanktopnya. Ternyata Dina Mau. waah tercapai juga Nih. Saya Perlahan Membuka Bra nya Dan Menghisap Pentilnya Yang Pink yg Serasi Dengan Kulitnya Yg Kuning Langsat. Sembari Menghisap Saya Meremas remas Toketnya. Dina sama sekali Tak Berontak Malahan Dina Merasa Ke enakan. Saya Langsung Buka Baju. Dan Saya Mencium Bibirnya dan melumatnya dengan halus. saya Memeluknya Sambil Tangan Saya menbuka Roknya.<br />
<br />
Dina: Kak… Jangan Sampe Ada Yg tau Y…<br />
<br />
Saya: Iya Cantik..<br />
<br />
Setelah Itu saya Membuka Celana Dan CD Saya. saya memintanya Tuk BJ. Dina Langsung Memegang Titit Saya Dan Menghisapnya.. Oouugh.. Nikmat… Setelah Itu, Saya Menyuruhnya Terlentang dikasur. Saya Membuka CD Dina. Waaw Saya melihat Memek Yang Segar Dan Berbulu halus. Saya menjilat jilat Memeknya Sesekali Lidah Saya Masukan Kedalam memeknya.<br />
<br />
Dina: Aaw.. Kaak Pelan Pelan… Eegh…<br />
<br />
Setelah Itu Saya Bersiap Tuk Memasukan Titit Saya. Secara Perlahan Tapi Pasti Saya Menerobos Memeknya…<br />
<br />
Dina: Aaaw.. eeegh…. aaaw… eegh… eegggh….<br />
<br />
Dina Sangat Horny. tak Nyangka Usia Yg Masih Anak2 dah selayaknya Orang Dewasa.<br />
<br />
Saya: Ouugh…. Yeees… Yees….<br />
<br />
Saya Dan Dina Bebas Berekspresi Sepuas puasnya Karena Rumahnya Sangat Sepi Dan situasi yg Amat Teramat Mendukung. Saya Melakukan Doggy appearance Dengan Dina.<br />
<br />
Saya: Din, Nungging Deh..<br />
<br />
Dina tanpa basa basi langsung Menuruti Kata Kata Saya. Dina Nungging dan Sebelum saya melakukan Doggy Appearance Saya Menjilat Memeknya Yg dah memerah. Setelah Itu Saya Menerobos Kembali memeknya Dari Belakang. Saya Merasakan Sensasi Yang Luar Biasa.<br />
<br />
Croots….. Crooootz……..<br />
<br />
Akhirnya Saya Dan Dina Klimaks. Kami Berdua Beristirahat Sejenak Dan Setelah Itu Saya Membantu Dina Tuk Bersih Besih Badannya. Dan Dina Bergegas Mandi. Sementara Saya Berpakaian Dan Membantu Membereskan Tempat Tidurnya. Oh iya, Kiranya Pukul !6:02 Saya Menerima SMS Dari Pacarqu.<br />
<br />
Chayank… kamu Lagi Ngapain? Aku Lagi Jalan Nih Di Komplek.. Bentar Lagi Aku Nyampee Yaank…<br />
<br />
Kurang Lebih Isinya Seperti Itu. Dina Selesai Mandi, Berpakaian, Dan Kami Berdua Ngobrol Tanpa Ada Rasa Dosa. Waktu Itu Kami Ngobrol Di Teras Depan Rumah. Tak Lama Pacarqu Datang…<br />
<br />
Pacarqu: Chayaank… Maafn Aq yaa Kamu Klamaan Bangeet Tunggunya… Kamu Gak BT kan??<br />
<br />
Saya: Iya Chayank Gp2 Aq Ga BT kok…<br />
<br />
Saya Mengucapkannya Sambil Tersenyum. Wow Selang Hanya Beberapa Menit Saja Nyokapnya Pulang. Benar Benar Hari Yang Sangat Bagus Sekali Tuk Saya. Hari Yang Indah Dan Penuh Birahi Yang Meletup Letup Serta Hari Yang Penuh Keberuntungan. </span>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-59539813569079731242010-10-24T12:01:00.000-07:002010-10-24T12:01:02.477-07:00Keponakanku yang CantikDalam perjalanan seks seseorang kadang memang tak terduga , ada cerita yang mungkin diluar nalar seperti cerita seks paman dengan keponakan. Berikut cerita lengkapnya dari cerita daun muda :<br />
Berkali kali kucoba menghubungi HP Febi, keponakanku yang kuliah di Semarang, tapi selalu dijawab si Veronica, sekretaris nasional dari Telkomsel. Akhirnya aku spekulasi untuk langsung saja ke tempat kost-nya, aku masih punya waktu 2 jam sebelum schedule pesawat ke Jakarta, rasanya kurang pantas kalau aku di Semarang tanpa menengok keponakanku yang sejak SMP ikut denganku.<br />
Kuketuk pintu rumah bercat biru, rumah itu kelihatan sunyi seakan tak berpenghuni, memang jam 12 siang begini adalah jam bagi anak kuliah berada kampus. Lima menit kemudian pintu dibuka, ternyata Desi, teman sekamar Febi, sudah tingkat akhir dan sedang mengambil skripsi.<br />
“Febi ada?” tanyaku begitu pintu terbuka.<br />
“Eh.. Om pendekar.., anu Om.. anu.. Febi-nya sedang ke kampus, emang dia nggak tahu kalo Om mau kesini?” sapanya dengan nada kaget.<br />
Aku dan pacarku sudah beberapa kali menengok keponakanku ini sehingga sudah mengenal teman sekamarnya dan sebagian penghuni rumah kost tersebut.<br />
“Om emang ndadak aja, pesawat Om masih 2 jam lagi, jadi kupikir tak ada salahnya kalo mampir sebentar daripada bengong di airport” jawabku sambil mengangsurkan lumpia yang kubeli di pandanaran.<span class="fullpost"> “Aku ingin nemenin Om ngobrol tapi maaf Om aku harus segera bersiap ke kantor, maklum aja namanya juga lagi magang, apalagi sekretaris di kantor sedang cuti jadi aku harus ganti jam 1 nanti” jawabnya lagi tanpa ada usaha untuk mempersilahkan aku masuk.<br />
“Sorry aku nggak mau merepotkanmu, tapi boleh nggak aku pinjam kamar mandi, perut Om sakit nih” pintaku karena tiba tiba terasa mulas.<br />
Desi berdiam sejenak.<br />
“Please, sebentar aja” desakku, aku tahu memang nggak enak kalau masuk tempat kost putri apalagi Cuma ada Desi sendirian di rumah itu.<br />
“Oke tapi jangan lama lama ya, nggak enak kalau dilihat orang, apalagi aku sendirian di sini” jawabnya mempersilahkanku masuk.<br />
“Oke, cuman sebentar kok, cuma buang hajat aja” kataku<br />
Aku tahu kamar mandi ada di belakang jadi aku harus melewati kamar Desi yang juga kamar Febi yang letaknya di ujung paling belakang dari 9 kamar yang ada dirumah itu sehingga tidak terlihat dari ruang tamu. Desi tak mengantarku, dia duduk di ruang tamu sambil makan lumpia oleh olehku tadi, kususuri deretan kamar kamar yang tertutup rapat, rupanya semua sedang ke kampus. Kulihat kamar Febi sedikit terbuka, mungkin karena ada Desi di rumah sehingga tak perlu ditutup, ketika kudekat di depannya kudengar suara agak berisik, mungkin radio pikirku, tapi terdengar agak aneh, semacam suara desahan, mungkin dia sedang memutar film porno dari komputernya, pikirku lagi. Ketika kulewat di depan kamar, suara itu terdengar makin jelas berupa desahan dari seorang laki dan perempuan, dasar anak muda, pikirku.<br />
Tiba tiba pikiran iseng keluar, aku berbalik mendekati kamar itu, ingin melihat selera anak kuliah dalam hal film porno, dari pintu yang sedikit terbuka, kuintip ke dalam untuk mengetahui film apa yang sedang diputar. Pemandangan ada di kamar itu jauh mengagetkan dari apa yang kubayangkan, ternyata bukan adegan film porno tapi kenyataan, kulihat dua sosok tubuh telanjang sedang bergumulan di atas ranjang, aku tak bisa mengenali dengan jelas siapa mereka, karena sudut pandang yang terbatas. Sakit perutku tiba tiba hilang, ketika si wanita berjongkok diantara kaki laki laki dan mengulum kemaluannya dengan gerakan seorang yang sudah mahir, dari pantulan cermin meja rias sungguh mengagetkanku, ternyata wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Febi, keponakanku yang aku sayang dan jaga selama ini, rambutnya dipotong pendek seleher membuatku agak asing pada mulanya. Sementara si laki lakinya aku tak kenal, yang jelas bukan pacarnya yang dikenalkan padaku bulan lalu. Aku tak tahu harus berbuat apa, ingin marah atau malahan ingin kugampar mereka berdua, lututku terasa lemas, shock melihat apa yang terjadi dimukaku. Aku ingin menerobos masuk ke dalam, tapi segera kuurungkan ketika kudengar ucapan Febi pada laki laki itu.<br />
“Ayo Mas Doni, jangan kalah sama Mas Andi apalagi si tua Freddy” katanya lepas tanpa mengetahui keberadaanku.<br />
Aku masih shock mematung ketika Febi menaiki tubuh laki laki yang ternyata namanya Doni, dan masih tidak dapat kupercaya ketika tubuh Febi turun menelan penis Doni ke vaginanya, kembali aku sulit mempercayai pemandangan di depanku ketika Febi mulai mengocok Doni dengan liar seperti orang yang sudah terbiasa melakukannya, desahan nikmat keluar dari mulut Febi dan Doni, tak ada kecanggungan dalam gerakan mereka. Tangan Doni menggerayangi di sekitar dada dan bukit keponakanku, meremas dan memainkannya. Aku masih mematung ketika mereka berganti posisi, tubuh Febi ditindih Doni yang mengocoknya dari atas sambil berciuman, tubuh mereka menyatu saling berpelukan, kaki Febi menjepit pinggang di atasnya, desahan demi desahan saling bersahutan seakan berlomba melepas birahi.<br />
Tiba tiba kudengar suara sandal yang diseret dan langkah mendekat, aku tersadar, dengan agak gugup aku menuju kamar mandi, bukannya menghentikan mereka. Kubasuh mukaku dengan air dingin, menenangkan diri seakan ingin terbangun dan mendapati bahwa itu adalah mimpi, tapi ini bukan mimpi tapi kenyataan. Cukup lama aku di kamar mandi menenangkan diri sambil memikirkan langkah selanjutnya, tapi pikiranku sungguh buntu, tidak seperti biasanya ide selalu lancar mengalir dari kepalaku, kali ini benar benar mampet. Ketika aku kembali melewati kamar itu menuju ruang tamu, kudengar tawa cekikikan dari dalam.<br />
“Nggak apa Mas, ntar kan bisa lagi dengan variasi yang lain” sayup sayup kudengar suara manja keponakanku dari kamar, tapi tak kuhiraukan, aku sudah tak mampu lagi berpikir jernih dalam hal ini.<br />
“Kok lama Om, mulas ya” Tanya Desi begitu melihatku dengan wajah lusuh, sambil menikmati lumpia entah yang keberapa.<br />
Aku diam saja, duduk di sofa ruang tamu.<br />
“Kamu bohong bilang Febi nggak ada, ternyata dia di kamar dengan pacarnya” kataku pelan datar tanpa ekspresi.<br />
Dia menghentikan kunyahan lumpianya, diam tak menjawab, kupandangi wajahnya yang hitam manis, dia menunduk menghindari pandanganku, diletakkannya lumpia yang belum habis di meja tamu.<br />
“Jadi Om memergoki mereka?” katanya pelan<br />
“Ya, dan Om bahkan melihat apa yang mereka perbuat di kamar itu”<br />
“Lalu Om marahi mereka? kok nggak dengar ada ribut?” Desi mulai penuh selidik<br />
“Entahlah, Om biarkan saja mereka melakukannya” aku seperti seorang linglung yang dicecar pertanyaan sulit<br />
“Ha?, Om biarkan mereka menyelesaikannya? Om menontonnya?” cecarnya<br />
Aku makin diam, seperti seorang terdakwa yang terpojok, Desi pindah duduk di sebelahku.<br />
“Om menikmatinya ya” bisiknya, tatapan matanya tajam menembus batinku.<br />
“Entahlah”<br />
“Tapi Om suka melihatnya kan?” desaknya pelan ditelingaku, kurasakan hembusan napasnya mengenai telingaku.<br />
Aku mengangguk pelan tanpa jawab.<br />
“Om”<br />
Aku menoleh, wajah kami berhadapan, hanya beberapa millimeter hidung kami terpisah, kurasakan napasnya menerpa wajahku. Entah siapa yang mulai atau mungkin aku telah terpengaruh kejadian barusan, akhirnya kami berciuman. Kejantananku kembali menegang merasakan sentuhan bibir Desi, kulumat dengan penuh gairah dan dibalasnya tak kalah gairah pula.<br />
Desi meraih tanganku dan meletakkannya di dadanya, kurasakan bukitnya yang lembut tertutup bra, tidak terlalu besar tapi kenyal dan padat. Kubalas meletakkan tangannya di selangkanganku yang sudah mengeras. Desi menghentikan ciumannya ketika tangannya merasakan ……kekakuan di selangkanganku, sejenak memandangku lalu tersenyum dan kembali kami berciuman di ruang tamu.<br />
Tiba tiba aku tersadar, ini ruangan terbuka dan anak lain bisa muncul setiap saat, tentu ini tak baik bagi semua.<br />
“Kita tak bisa melakukan disini” bisikku<br />
“Tapi juga tak mungkin melakukan di kamarku” jawabnya berbisik<br />
“Kita keluar saja kalau kamu nggak keberatan” usulku<br />
“Oke aku panggil taxi dulu” jawab Desi seraya menghubungi taxi via telepon<br />
Sambil menunggu taxi datang kami bersikap sewajarnya, Febi masih juga belum nongol, mungkin dia melanjutkan dengan pacarnya untuk babak berikutnya. Ternyata Desi membohongiku dengan mengatakan ke kantor supaya aku segera pergi, tapi kini dia bersedia menemaniku selama menghabiskan waktu. Dengan beberapa pertimbangan maka kubatalkan penerbanganku dan kutunda besok, aku ingin bersama Desi dulu. Kutawari Desi untuk memilih hotel yang dia mau, ternyata dia mau di hotel berbintang di daerah Simpang Lima. Akhirnya Taxi yang kami tunggu datang juga, Desi kembali ke kamar berganti pakaian dan membawa beberapa barang keperluan menginap, sekaligus pesan sama Febi kalau dia tidak pulang malam ini. Dia makin cantik dan sexy mengenakan kaos ketat dengan celana jeans selutut.<br />
Kami mendapatkan kamar yang menghadap ke arah simpang lima, Desi langsung melepas kaos dan celananya hingga tinggal bikini putih, tampak body-nya yang sexy dan menggairahkan. Kupeluk tubuh sintal Desi, dia membalas memelukku sambil melucuti pakaianku, tinggal celana dalam menutupi tubuhku, kurebahkan tubuhnya di ranjang, kutindih tubuhnya dan kuciumi bibir dan lehernya, aku masih terbayang tubuh mulus Febi yang sedang dicumbui pacarnya, kalau dibandingkan antara Desi dan Febi memang keponakanku lebih unggul baik dari kecantikan maupun body-nya. Tanpa sadar sambil mencium dan mencumbunya aku membayangkan tubuh Febi, hal yang tak pernah terlintas sebelumnya.<br />
Kami sama sama telanjang tak lama kemudian, aku mengagumi keindahan buah dada Desi yang padat menantang dengan puting kemerahan, kujilati dan kukulum sambil mempermainkan dengan gigitan lembut, dia menggeliat dan mendesis. Jilatanku turun menyusuri perut dan berhenti di selangkangannya, rambut tipis menghiasi celah kedua kakinya, meski berumur 23 tahun tapi rambut kemaluannya sangat jarang, bahkan seakan Cuma membayang. Desi berusaha menutup rapat kakinya, dengan kesabaran kubimbing posisi kakinya membuka, seakan aku sedang memberikan pelajaran pada muridku. Aku sangat yakin kalau ini bukan pertama kali baginya, vaginanya yang masih segar kemerahan seolah memceritakan kalau tidak banyak merasakan hubungan sexual, tapi aku tak tahu kebenarannya. Mata Desi melotot ke arahku ketika bibirku menyusuri pahanya dan dia menjerit tertahan ketika kusentuh klitorisnya dengan lidahku.<br />
“aahh.. sshh.. ennaak Om, terus Om” desahnya meremas rambutku.<br />
Lidahku menari nari di bagian kewanitaannya, desahnya makin menjadi meski masih tertahan malu, kupermainkan jari jemariku di putingnya, dia makin menggeliat dalam nikmat. Desi memberiku isyarat untuk posisi 69, kuturuti kemauannya.<br />
“Tadi Febi dengan posisi ini ketika Om datang” katanya sebelum mulutnya tertutup penisku.<br />
Dia menyebut Febi membuatku teringat kembali akan keponakanku, masih terbayang bagaimana dia mengulum penis pacarnya dengan penuh gairah, aku membayangkan seolah sedang bercinta dengan Febi, masih jelas dalam benakku akan kemulusan tubuh telanjang Febi yang selama ini tak pernah aku lihat, masih jelas tergambar betapa montoknya buah dada nan indah lagi padat, mungkin lebih montok dari istriku sendiri. Kurasakan Desi kesulitan mengulum penisku, aku turun dari tubuhnya, kini kepala Desi berada di selangkanganku, dijilatinya kepala penisku.<br />
“Punya Om gede banget sih, nggak muat mulutku, lagian aku nggak pernah melakukannya sama pacarku, aku Cuma melihat tadi Febi melakukannya, jadi aku ingin coba” komentarnya lalu kembali berusaha memasukkan penisku ke mulutnya, kasihan juga aku melihatnya memaksakan diri untuk mengulumku.<br />
Kurebahkan tubuh telanjang Desi lalu kuusapkan penisku di bibir vaginanya, tapi sebelum penisku menerobos masuk dia mendorongku menjauh.<br />
“Pake kondom dulu ya Om” katanya sambil bangun mengambil kondom dari tas tangannya.<br />
Aku hampir lupa kalau yang kuhadapi ini seorang mahasiswa, bukan wanita panggilan yang tak peduli pada kondom karena mereka sudah pasti mempersiapkan dengan pil anti hamil. Aku jadi teringat Febi, apakah dia juga menggunakan kondom tadi, tak sempat kuperhatikan. Desi memasangkan kondom di penisku, kondom itu seperti bergerigi dan bentuknya agak aneh.<br />
“Oleh oleh pacarku dari Singapura, ih susah amat mesti punya Om ukurannya XL kali” katanya lalu dia kembali telentang di depanku.<br />
“Pelan pelan aja ya Om, baru kali ini aku lakukan selain sama pacarku, lagian punya Om jauh lebih besar dari punya dia” bisiknya<br />
Kembali kusapukan penisku ke vaginanya yang sudah basah, perlahan memasuki liang kenikmatan Desi, tubuhnya menegang saat penisku menerobosnya, terasa begitu rapat, sempit dan kencang, penisku serasa dicengkeram, mungkin karena Desi terlalu tegang atau mungkin memang masih pemula. Desi memejamkan mata lalu melotot ke arahku, seakan tak percaya kalau penisku sedang mengisi vaginanya. Dia menggigit bibir bawahnya, tangannya mencengkeram lenganku, tubuhnya menggeliat ketika penisku melesak semua ke vaginanya. Kudiamkan sejenak sambil menikmati cantiknya wajah Desi dalam kenikmatan, dia menahanku ketika aku mulai mengocoknya.<br />
“Jangan dulu Om, penuh banget, seperti menembus perutku” katanya<br />
“Sakit?” tanyaku<br />
“Ya dan enak, seperti perawan dulu” jawabnya sambil mulai menggoyangkan tubuhnya, aku menganggap pertanda sudah boleh bergerak.<br />
Perlahan aku mulai mengocok vagina Desi, pada mulanya tubuhnya kembali menegang, penisku seperti terjepit di vagina, dia mulai menggeliat dan mendesah nikmat ketika beberapa kocokan berlalu, mungkin bentuk kondom sangat berpengaruh juga pada rangsangan di vaginanya. Penisku bergerak keluar masuk dengan kecepatan normal, desahnya makin menjadi sambil meremas kedua buah dadanya. Kaki kanannya kunaikkan di pundakku, penisku makin dalam melesak. Entah kenapa, tiba tiba bayangan Febi kembali melintas dipikiranku, terbayang Febi sedang telentang menerima kocokan pacarnya, masih terdengar desahan kenikmatan darinya, maka kupejamkan mataku sambil membayangkan bahwa aku sedang mengocok keponakanku itu. Belum 5 menit aku menikmati vaginanya ketika kurasakan remasan kuat dari vaginanya disertai jeritan orgasme, fantasiku buyar. Desi terlalu cepat mencapai puncak kenikmatan itu, padahal aku masih jauh dari puncaknya, aku ingin tetap mengocoknya tapi dia sepertinya sudah kelelahan dan minta beristirahat sebentar, kupikir tak ada salahnya untuk beristirahat dulu, toh kita tidak terburu buru, masih ada waktu semalam hingga besok. Akhirnya kuturuti permintaannya, kami telentang berdampingan di atas ranjang, Desi merebahkan kepalanya di dadaku, kurasakan jantungnya yang keras berdetak disertai napas yang berat.<br />
“Punya Om sepertinya masih terasa mengganjal di dalam, abis punya Om gede banget sih” bisiknya.<br />
Aku tersenyum menghadapi kemanjaannya.<br />
Kuhubungi Room Service untuk memesan makan siang, baru tersadar ternyata kami belum makan, tak ada salahnya menambah tenaga dan energi. Tak lebih dari 10 menit kemudian kudengar bel berbunyi, cepat amat servisnya, pikirku. Kuambil … handuk dan kubelitkan di pinggang, kuminta Desi menutupi tubuhnya dengan selimut. Tanpa pikir panjang kubuka pintu dan.. sungguh sangat mengagetkanku, bukannya Room Service yang nongol ternyata Febi yang berada di depan pintu, aku terkejut tak menyangka kedatangannya karena memang aku tak mengharap kedatangannya kali ini. Kusesali kecerobohanku untuk tidak mengintip terlebih dahulu dari lubang di pintu.<br />
Febi langsung menerobos masuk, seperti biasa seolah tak pernah terjadi sesuatu, dengan manja Febi memelukku seperti layaknya seorang keponakan, kucium pipi kiri kanannya, hal yang biasa kami lakukan, tapi kali ini aku merasakan getaran yang tidak seperti biasanya, aku bisa merasakan tonjolan buah dadanya yang montok mengganjal di dadaku, padahal tak pernah terjadi sebelumnya. Dia langsung nyelonong masuk ke dalam.<br />
“Om lagi mandi ya, malam ini Om harus traktir Febi dan temenin aku.. Mbak Desi!”<br />
Belum sempat dia menyelesaikan kata katanya ketika melihat Desi di ranjang, melihat ke arahku lalu kembali lagi ke Desi. Kami tertangkap basah, tak ada lagi alasan untuk mengelak, aku diam seribu basa menunggu reaksi dari Febi. Sebelum aku tahu harus berbuat apa, Desi bangun dari ranjang, menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut lalu menggandeng Febi ke kamar mandi, sekilas kulihat mukanya merona merah seperti orang marah. Kukenakan piyama yang ada dilemari menunggu kedua gadis itu, pasrah menerima nasib selanjutnya, meski tidak terlalu khawatir karena aku juga memegang kartunya Febi. Bel pintu kembali berbunyi ketika kedua gadis itu masih di kamar mandi, ternyata Room Service pesanan kami, mereka keluar sesaat setelah Waitress menutup pintu kamar. Bertiga kami makan dalam kebisuan setelah Desi mengenakan piyama yang sama denganku, dia berbagi makanan dengan Febi karena memang pesanan Cuma untuk kami berdua, tak ada kata yang terucap selama makan.<br />
Aku tak berani membuka topik karena belum tahu bagaimana sikap mereka terhadap kejadian ini.<br />
“Om, kita saling jaga rahasia ya, just keep among us, aku nggak keberatan Om sama Mbak Desi asal Om juga tidak cerita sama Mbak Lily tentang kejadian tadi siang” Febi membuka percakapan, aku merasakan lampu kuning mengarah hijau darinya.<br />
Febi melanjutkan, “Karena tadi Om melihatku sama Doni, aku juga ingin melihat Om sama Mbak Desi” lanjutnya mengagetkan, aku tak tahu apa maunya anak ini.<br />
“Terserah kamu Feb, toh aku juga udah biasa melihat kamu main sama pacar pacarmu” kata Desi lalu duduk dipangkuanku dengan sikap pamer.<br />
Sebenarnya agak segan juga kalau harus melakukannya didepan keponakanku sendiri, tapi Sebelum aku protes, Desi sudah mendaratkan bibirnya di bibirku, tangannya menyelip diselangkanganku, meremas penisku dan mengocoknya. Mau tak mau Kubalas dengan lumatan di bibir dan remasan di buah dadanya, rasa seganku perlahan hilang berganti dengan birahi dan sensasi, Febi seakan tidak melihat kami, menghabiskan sisa makanan yang masih ada di atas meja. Kami saling melepas piyama hingga telanjang di depan Febi. Desi merosot turun diantara kakiku, menjilati dan mengulum kemaluanku. Terkadang kurasakan giginya mengenai batang penis tegangku, maklum masih pemula.<br />
“Feb, lihat punya Om-mu, besar mana sama punya Doni” Desi memamerkan penis tegangku yang ada digenggamannya.<br />
“Wow, gede banget” sahut Febi lalu memandang ke arahku.<br />
“Bisa pingsan kamu kalau segede itu” lanjutnya dengan nada kagum<br />
“Nggak tuh, enak lagi, coba aja sendiri” jawab Desi melanjutkan kulumannya, kulihat Febi menggeser duduknya melihat penisku keluar masuk mulut Desi seakan tak percaya kalau dia bisa melakukannya.<br />
“Akhirnya berhasil juga mendapatkan Om-ku yang selama ini kamu kagumi” seloroh Febi mengagetkanku, Desi hanya tersenyum.<br />
“Mau coba?” goda Desi sambil menyodorkan penisku ke Febi, aku diam saja menunggu reaksi keponakanku, tapi dia diam saja, Desi menjilati penisku seakan memamerkan ke Febi mainannya.<br />
Febi menggeser lagi mendekati kami, Desi menuntun tangan Febi dan menyentuhkannya ke penisku, ada ke-ragu raguan di wajahnya untuk menyentuh penis Om-nya. Wajah putihnya bersemu merah ketika Desi menggenggamkan tangannya ke penisku, dia hanya menggenggam tanpa berani menggerakkan tangannya, memandang ke arahku seolah minta pendapat. Aku diam saja, hanya mengangguk kecil pertanda setuju. Perlahan keponakanku mulai meremas penisku, tangannya yang putih mulus sungguh kontras dengan penisku yang kecoklatan gelap, makin lama gerakannya berubah dari meremas lalu mengocok, sementara Desi masih asyik menjilati kepala penisku sambil mengelus kantong bola. Gerakan mereka mulai seirama, Febi mengocok keras ketika kepala penisku berada di mulut Desi, aku mendesah kenikmatan dalam permainan kedua gadis ini. Ketika Desi menjilati kantong bola, Febi kembali memandangku, kubalas dengan senyum dan anggukan, dia menundukkan kepalanya ke arah penisku, tapi sebelum sampai ke tujuannya Desi memotong.<br />
“Kami sudah telanjang masak kamu masih pakai pakaian lengkap kayak orang mau kuliah, cepat copot gih” katanya kembali menjilat dan mengulum.<br />
Febi terlihat ragu ragu untuk melepas pakaiannya dan telanjang di depanku, dia diam sejenak, aku menghindar ketika dia manatapku, meskipun sebenarnya aku sangat berharap dia melakukannya.<br />
“Kok jadi bengong gitu, kenapa malu, kan Om-mu sudah melihatmu telanjang tadi dan lagian waktu kecil kan sering dimandiin, jadi kenapa risih” goda Desi<br />
Akhirnya Febi tunduk pada godaan Desi, dia membalikkan badan membelakangiku sambil melepas kaos ketatnya, kulihat punggungnya yang mulus dengan hiasan bra hijau muda, bodynya sungguh menggetarkan tanpa timbunan lemak di perutnya, ketika jeans-nya dilepas, aku makin kagum dengan ke-sexy-annya, pantatnya padat membentuk body seperti gitar spanyol nan indah, baru sekarang aku menyadari betapa keponakanku tumbuh menjadi seorang gadis yang menawan, selama ini pengamatan seperti ini telah kulewatkan, aku hanya melihatnya sebagai seorang gadis kecil yang selalu manja, tapi tak pernah melihatnya sebagai seorang gadis cantik yang penuh gairah.<br />
Darahku berdesir makin kencang saat Febi membalikkan badannya menghadapku, buah dadanya yang sungguh montok indah nian terbungkus bra satin, kaki bukitnya menonjol seakan ingin berontak dari kungkungannya, kaki Febi yang putih mulus berhias celana dalam hijau mini di selangkangannya menutupi bagian indah kewanitaannya. Febi menyilangkan tangannya di dadanya seakan menutupi tubuhnya dari sorotan mata nakalku.<br />
“Alaa sok suci kamu, lepas aja BH-mu sekalian” Desi kembali menggoda tapi kali ini Febi tak menurutinya, dengan masih memakai bikini dia ikutan Desi mengeroyok selangkanganku, tangannya berebut dengan Desi mengocokku, kutarik tubuh Desi untuk duduk disampingku, aku ingin melihat saat pertama kali keponakanku menjilat dan mengulum penisku tanpa gangguan Desi.<br />
Mula mula agak ragu dia menjilati kepala penisku tapi akhirnya dengan penuh gairah lidahnya menyusuri seluruh bagian kejantananku sebelum akhirnya memasukkan ke mulutnya yang mungil, aku mendesis penuh kenikmatan saat pertama kali penisku menerobos bibir dan mulut Febi, sungguh kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, kenikmatan yang bercampur dengan sensasi yang hebat, mendapat permainan oral dari keponakanku sendiri. Penisku makin cepat meluncur keluar masuk mulut Febi. Diluar dugaanku ternyata Febi sangat mahir bermain oral, jauh lebih mahir dibandingkan Desi, sepertinya dia lebih berpengalaman dari sobat …sekamarnya. Lidah Febi menari nari di kepala penisku saat berada di mulutnya, sungguh ketrampilan yang hanya dimiliki mereka yang sudah terbiasa, aku harus jujur kalau permainan oral keponakanku menyamai tantenya yaitu istriku. Begitu penuh gairah Febi memainkan penisku membuatku terhanyut dalam lautan kenikmatan, kepalanya bergerak liar turun naik diselangkanganku. Aku mendesah makin lepas dalam nikmat.<br />
Desi kembali ke selangkanganku, kini kedua gadis bergantian memasukkan penisku ke mulutnya diselingi permainan dua lidah yang menyusuri kejantananku secara bersamaan, aku melayang makin tinggi. Desi memasang kondom, bentuknya unik berbeda dengan sebelumnya, dikulumnya sebentar penisku yang terbungkus kondom lalu dia naik ke pangkuanku, menyapukan ke vaginanya dan melesaklah penisku menerobos liang kenikmatannya saat dia menurunkan badan.<br />
“Aduuhh.. sshh.. gila Feb, punya Om-mu enak banget, penuh rasanya” komentarnya setelah penisku tertanam semua di liang vaginanya.<br />
Febi duduk di sebelahku melihat sahabatnya merasakan kenikmatan dari Om-nya, aku masih ragu untuk mulai menjamah tubuh Febi, selama ini yang kami lakukan hanya peluk dan cium dari seorang Om kepada keponakannya yang masih kecil, tapi kini aku harus melihatnya sebagai seorang gadis sexy yang menggairahkan. Belum ada keberanianku mulai menikmati tubuh sintal keponakanku, hanya memandang dengan kagum dan penuh hasrat gairah.<br />
“aagghh.. uff.. Feb.. lepas dong bikinimu, kamu harus merasakan nikmatnya Om-mu” Desi ngoceh disela desahannya.<br />
Sepertinya antara aku dan Febi saling menunggu, sama sama risih dan malu untuk mulai, ketika desahan Desi makin liar aku tak tahan lagi, kuraih kepala Febi dalam rangkulanku dan kucium bibirnya. Ada perasaan aneh ketika bibirku menyentuh bibirnya, perasaan yang tidak pernah kujumpai ketika berciuman dengan wanita manapun, mungkin hubungan batin sebagai seorang Om masih membatasi kami. Setelah sesaat berciuman agak canggung, akhirnya kami mulai menyesuaikan diri, saling melumat dan bermain lidah, jauh lebih bergairah dibanding dengan Desi atau lainnya, kami seolah sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kocokan Desi makin liar tapi lumatan bibir lembut Febi tak kalah nikmatnya.<br />
Agak gemetar tanganku ketika mulai mengelus punggung telanjang Febi, dengan susah payah, meskipun biasanya cukup dengan tiga jari, aku berhasil melepas kaitan bra yang ada di punggung. Masih tetap berciuman kulepas bra-nya, tanganku masih gemetar ketika menyusuri bukit di dada Febi, begitu kenyal dan padat berisi, kuhentikan ciumanku untuk melihat keindahan buah dadanya, jantungku seakan berdetak 3 kali lebih cepat melihat betapa indah dan menantang kedua bukitnya yang berhiaskan puting kemerahan di puncaknya, I have no idea berapa orang yang sudah menikmati keindahan ini.<br />
Desah kenikmatan Desi sudah tak kuperhatikan lagi, kuusap dan kuremas dengan lembut, kurasakan kenikmatan kelembutan kulit dan kekenyalannya, gemas aku dibuatnya. Febi menyodorkan buah dadanya ke mukaku, langsung kusambut dengan jilatan lidah di putingnya dan dilanjutkan dengan sedotan ringan, dia menggelinjang meremas rambutku. Belum puas aku mengulum puting Febi, Desi sudah turun dari pangkuanku, lalu kami pindah ke ranjang, Desi nungging mengambil mengambil posisi doggie, langsung kukocok dia dari belakang sambil memeluk tubuh sexy Febi. Kukulum puting kemerahannya untuk kesekian kalinya bergantian dari satu puncak ke puncak lainnya, Febi mendesis nikmat, inilah pertama kali kudengar desahan nikmat langsung darinya, begitu merangsang dan penuh gairah di telinga.<br />
Tanpa kusadari, ternyata Febi sudah melepas celana dalamnya, aku kembali terkesima untuk kesekian kalinya, selangkangannya yang indah berhias bulu kemaluan yang sangat tipis, bahkan nyaris tak ada, sungguh indah dilihat. Gerakan pinggul Desi makin tak beraturan, antara maju mundur dan berputar, penisku seperti diremas remas di vaginanya, sungguh nikmat, kali ini Desi bisa bertahan lebih lama. Kami berganti posisi, aku telentang diantara kedua gadis cantik ini dengan penis yang masih tegak tegang menantang.<br />
“Feb, gantian, kamu harus coba nikmatnya Om-mu” Desi mempersilahkan Febi, tapi aku menolak dan minta Desi segera naik melanjutkannya.<br />
Terus terang, jauh di lubuk hati ini masih menolak untuk bercinta atau bersenggama dengan Febi, aku masih harus berpikir panjang untuk bertindak lebih jauh dari sekedar oral, saat ini belum bisa menerima untuk melanjutkan ke senggama atau tidak, aku belum tahu. Desi kembali bergoyang pinggul di atasku, Febi kuberi isyarat untuk naik ke kepalaku, dia langsung mengerti, kakinya dibuka lebar di depan mukaku, terlihat dengan jelas vaginanya yang masih kemerahan seperti daging segar, kepalaku langsung terbenam di selangkangannya, lidahku menyusuri bibir dan klitorisnya sambil meremas pantatnya yang padat, desahan Febi bersahutan dengan Desi. Seperti halnya Desi, kedua gadis ini menggoyangkan pinggulnya di atasku, vagina Febi menyapu seluruh wajahku. Febi mendesah keras dan tubuhnya menegang ketika kusedot vaginanya, hampir dia menduduki wajahku. Desi minta bertukar tempat, rupanya dia ingin mendapatkan kenikmatan seperti yang aku berikan ke keponakanku. Kini vagina Desi yang basah tepat di atas mukaku, sementara Febi melepas kondom yang membalut penisku, membersihkan sisa cairan dari vagina Desi dengan selimut lalu mulai menjilatinya.<br />
Rasa asin dari vagina Desi tak kuperhatikan, cairannya menyapu mukaku, sementara kemaluanku sudah mengisi rongga mulut Febi dengan cepatnya. Aku begitu asyik menikmati vagina Desi dengan lidahku, tanpa kusadari Febi sudah mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, aku baru tersadar ketika Febi sudah naik di atas tubuhku dan menyapukan penisku ke bibir vaginanya, aku harus mencegahnya, pikirku, karena masih belum memutuskan apakah harus melakukannya, hati kecilku masih belum menerima kalau aku bercinta dengan keponakanku sendiri.<br />
“Febi, jangan”, teriakku.<br />
Tapi terlambat, penisku sudah meluncur masuk ke vagina keponakanku tanpa kondom, sudah terjadi, ada rasa sesal meskipun sedikit sekali. Tapi rasa sesal segera berubah menjadi heran karena begitu mudahnya penisku menerobos liang vaginanya, tidak seperti Desi yang cukup sempit dan kesakitan, tapi Febi sepertinya tidak ada rasa sakit sama sekali ketika vaginanya terisi penisku yang berukuran 17 cm itu. Bahkan dia langsung mengocok dan menggoyang dengan cepatnya seolah tak ada halangan dengan ukuran penisku seperti yang dialami Desi. Goyangan pinggul Febi lebih nikmat dari Desi tapi sepertinya vagina Febi tidak sesempit Desi, tidak ada kurasakan remasan dan cengkeraman otot dari vaginanya, hanya keluar masuk dan gesekan seperti biasa, dalam hal ini vagina Desi lebih nikmat, itulah perbedaan antara Desi dan Febi, meskipun keduanya sama sama nikmat.<br />
Desi turun dari mukaku, kuraih buah dada montok Febi dan kuremas remas gemas penuh nafsu, kutarik Febi dalam pelukanku, kukocok dari bawah dengan cepatnya, desahannya begitu bergairah di telingaku.<br />
“Oh.. yess.. enak banget Om truss.. Febi kaangeen.. Febi cemburuu.. Febi sayang Om.. udah lama Febi menunggu kesempatan ini” desahnya.<br />
Aku kaget ternyata disamping cinta seorang keponakan dia juga menyimpan cinta layaknya seorang gadis pada lawan jenisnya. Kami bergulingan, kini aku di atasnya, kunikmati ekspresi kenikmatan wajah cantik keponakanku yang sedang dilanda birahi tinggi, desahannya makin keras dan liar, rasanya lebih liar dari yang kulihat tadi siang membuatku makin bernafsu mengocok lebih cepat dan … lebih keras. Dengan gemas kuciumi pipi Febi, tidak dengan perasaan kasih sayang seperti biasanya tapi penuh dengan perasaan nafsu, kususuri leher jenjangnya yang putih mulus, baru sekarang kusadari betapa menggairahkan tubuh keponakanku ini. Febi menggelinjang dan menjerit ketika lidahku mencapai puncak buah dadanya, kupermainkan putingnya yang kemerahan, dengan kuluman ringan kusedot buah dadanya, itulah yang membuat dia menggelinjang hebat penuh nikmat.<br />
Desi memelukku dari belakang, diciuminya tengkuk dan punggungku, dalam keadaan normal bercinta dengan dua wanita cantik tentulah menyenangkan tapi ini keadaan khusus dimana pertama kali aku mencumbu keponakanku tercinta, aku ingin menikmatinya secara total, keterlibatan Desi sebenarnya kurasakan mengganggu tapi aku tak bisa menyuruhnya pergi, karena dialah aku bisa menikmati tubuh sexy Febi. Tanpa menghiraukan pelukan Desi, kuangkat kedua kaki Febi kepundakku, dengan meremas kedua buah dadanya sebagai pegangan aku mengocoknya keras dan cepat. Febi menjerit keras antara sakit dan nikmat, kepala penisku serasa menyentuh dinding terdalam dari vaginanya, tangannya mencengkeram erat lenganku, matanya melotot ke arahku seakan tak percaya aku melakukan ini padanya, tapi sorot matanya justru menambah tinggi nafsuku, dia kelihatan makin cantik dengan wajah yang bersemu merah terbakar nafsu, lebih menggairahkan dan menggoda, makin dia melotot makin cepat kocokanku, makin keras pula jerit dan desah kenikmatannya. Dan tak lama kemudian dia sampai pada puncak kenikmatan tertinggi.<br />
“Truss.. Om.. Febi mau keluar ya.. truss.. f*ck me harder” dia mendesis indah, dan dengan diiringi jeritan kenikmatan panjang dia menggoyang goyangkan kepalanya, cengkeraman di lenganku makin erat, tubuhnya menegang, dia telah mencapai orgasme lebih dulu, kunikmati saat saat orgasme yang dialami Febi.<br />
Inilah pertama kali aku melihat ekspresi orgasme dari keponakanku yang cantik, begitu liar dan menggairahkan, sungguh tak kalah dengan tantenya, istriku. Tubuh Febi perlahan mulai melemah, kuturunkan kakinya dari pundakku lalu kukecup bibir dan keningnya.<br />
“Makasih Om, ini orgasme terindah yang pernah kualami, nanti lagi ya, aku ingin merasakan Om keluar di dalam” katanya mendorong tubuhku turun dari atas tubuhnya.<br />
Desi sudah sampingnya bersiap menerimaku, posisi menungging dengan kaki dibuka lebar, penisku yang masih tegang siap untuk masuk ke vagina lainnya. Rupanya Desi tak pernah melupakan pengamannya, dia memberiku kondom sebelum penisku sempat menyentuh bibir vaginanya, sementara Febi tak peduli dengan hal itu, aku tak khawatir karena memang tidak berniat memuntahkan spermaku di vagina keponakanku. Febi memasangkan kondom di penisku dan kembali untuk kesekian kalinya penisku menguak celah sempit di antara kaki Desi, sungguh sempit, meski udah beberapa kali kumasuki tapi masih tetap saja terasa mencengkeram pada mulanya.<br />
Berbeda dengan punya Febi yang langsung bisa “melahap” semuanya, Desi meringis sebentar saat penisku kudorong menguak vaginanya, cukup lama sebelum akhirnya aku bisa mengocoknya dengan normal, sesekali hentakan keras menghunjam membuatnya teriak entah sakit atau enak. Kupegangi pantatnya yang padat berisi, kocokanku makin cepat, desahan Desi begitu juga makin keras terdengar, kuraih buah dadanya yang menggantung dan kuremas sambil tetap mengocoknya. Terus terang setelah merasakan nikmatnya bercinta dengan keponakanku, terasa Desi begitu hambar, padahal saat pertama tadi dia begitu menggairahkan, kini aku hanya berusaha untuk memuaskan dia sebagai balas jasa dan secepat mungkin mencapai orgasme dengannya supaya berikutnya aku bisa lebih “all out” dengan Febi.<br />
Kocokan kerasku membawa Desi lebih cepat ke puncak kenikmatan, tangan Desi dan Febi saling meremas, teriakan orgasme Desi mengagetkanku, apalagi diiringi dengan denyutan dan remasan kuat dari vaginanya, penisku seperti diremas remas, sungguh nikmat yang tak bisa kudapat dari Febi, akhirnya akupun harus takluk pada kenikmatan cengkeraman vagina Desi, menyemprotlah spermaku di dalam vaginanya. Kembali dia menjerit merasakan denyut kenikmatan penisku, kami saling memberi denyutan nikmat, lebih nikmat dari yang kudapat tadi. Tubuhku langsung ambruk di atas punggun Desi, kami bertiga telentang dalam kenangan dan kenikmatan indah. Aku telentang di antara dua gadis cantik yang menggairahkan, Desi melepas kondom, sungguh tak menyangka kalau aku akhirnya bercinta dengan keponakanku sendiri yang sangat sexy dan menggairahkan. Diusianya yang belum 23 tahun dia terlalu pintar bermain sex apalagi permainan oralnya, sungguh sukar dipercaya kalau dia mampu melakukannya dengan sangat baik.<br />
Setelah kudesak akhirnya dia mengakui bahwa dia sudah sering melakukannya sejak setahun yang lalu. Pertama kali yang menikmati keperawanannya adalah P. Freddy, dosennya sendiri, seorang duda berumur hampir 50 tahun, orangnya jauh dari simpatik, justru lebih mendekati sadis, karena wajahnya tipikal orang maluku yang keras. Untuk mendapatkan nilai lulus dari dia akhirnya Febi harus menyerahkan keperawanannya, kalau tidak dia tidak akan bisa melewati tahap persiapan yang berakibat Drop Out. Dengan perasaan jijik Febi menyerahkan kehangatan dan kesuciannya pada si tua bangka, seminggu sekali dia terpaksa harus melayani nafsu bejat si dosen, setelah berjalan dua bulan dan merasakan nikmatnya bercinta akhirnya keterpaksaan itu berubah menjadi ketergantungan, bukan lagi P. Fredy yang memaksa tapi terkadang justru Febi yang minta karena dia tidak mungkin melakukannya dengan orang lain. Hingga akhirnya dia menemukan teman kuliah pujaan hati, tapi begitu sampai ke urusan sex ternyata Febi masih tidak bisa melupakan keperkasaan P. Fredy, jadi dia tetap melakukannya dengan si dosen untuk mendapatkan kepuasan, pacarnya tidak pernah memperlakukan Febi seperti yang dilakukan P. Fredy, perlakuannya begitu sabar dan kebapakan dan dia selalu memenuhi apa yang Febi inginkan, tak pernah memaksa dan selalu sopan di ranjang, begitu romantis hingga Febi makin terhanyut dalam pesona si dosen, dari keterpaksaan menjadi ketergantungan. Semua berakhir setelah P. Fredy mendapat Profesor dan promosi dipindah tugas ke Ujung Pandang. Untuk memenuhi ketergantungannya Febi sering melakukannya dengan pacarnya, tapi sosok permainan sex seperti P. Fredy tak pernah dia dapatkan dari sang pacar. Entah sudah berapa kali dia ganti pacar, tak pernah lebih dari 3 bulan mereka pacaran, selalu diawali dan diakhiri di ranjang.<br />
Cerita Febi sungguh mengagetkanku, rupanya selama ini aku dan istriku terlalu memandang enteng masalah yang dihadapi Febi, tak pernah memberi solusi yang kondusif, kini baru kusadari hal itu. Istriku pernah cerita kalau Febi ingin mendapatkan suami seperti Om-nya, aku, sabar penuh pengertian dan kebapakan, hal yang tidak pernah dia terima dari ayah kandungnya. Diam diam dia mengagumiku, aku tak menyangka kalau kekagumannya ternyata lebih jauh dari sekedar seorang Om.<br />
“Om Febi cemburu sekali ketika melihat Om sama Mbak Lily bercinta, begitu penuh perasaan dan gairah” katanya sambil kepalanya disandarkan di dadaku.<br />
“Oh ya? kapan dan dimana” tanyaku kaget<br />
“Di rumah, ketika direnovasi, hampir tiap kali aku mendengar desahan dari Mbak Lily aku naik dan mengintip dari celah celah bangunan yang belum selesai itu, setelah itu aku tak bisa tidur sampai pagi, sejak itu aku bertekad untuk bisa merasakan nikmat seperti itu dari Om, bahkan aku ingin lebih dari itu” katanya.<br />
Berarti sejak dia kelas 3 SMA dia sudah melihat kami berhubungan.<br />
Mendengar penuturan Febi gairahku kembali naik, penisku menegang dalam genggaman Febi, Desi tertidur di samping kami, mungkin kelelahan setelah mendapat 2 kali orgasme berurutan dariku.<br />
“Di sofa yuk Om, Febi udah lama nggak bermain di sofa sejak terakhir kali dengan P. Fredy” ajaknya seraya bangun dan menarikku.<br />
Febi langsung duduk di sofa dan membuka kakinya, aku tak mau langsung melakukannya, kucium bibirnya lalu turun ke leher dan berhenti di kedua bukitnya, dengan gemas kuciumi bukit di dadanya, kombinasi jilatan dan kuluman membuat dia mendesah.<br />
Sengaja kutinggalkan beberapa bekas kemerahan di buah dadanya supaya dia berhenti melakukan dengan pacarnya untuk beberapa hari. Dia cemberut ketika tahu ada kemerahan di dadanya tapi justru kecemberutannya makin menambah kecantikan wajahnya. Bibirku menyusuri perutnya lalu berhenti di selangkangannya, terasa asin ketika lidahku menyentuh vaginanya, mungkin cairan ketika dia orgasme tadi. Tangannya meremas rambutku ketika lidahku menari nari di bibir vaginanya, kakinya menjepit kepalaku, aku makin bergairah mempermainkan vaginanya dengan bibirku.<br />
“Udah.. udah.. Om.. sekarang.. Febi udah nggak tahan nih” desahnya menarik rambutku.<br />
Aku berdiri, kusodorkan penisku ke mulutnya, dia menggenggam dan mengocoknya, memandang ke arahku sejenak sebelum menjilati dan memasukkan penisku ke mulutnya. Tanpa kesulitan, segera penisku meluncur keluar masuk mulut mungil keponakanku yang cantik, kembali kurasakan begitu pintar dia memainkan lidahnya. Antara jilatan, kuluman dan kocokan membuatku mulai melayang tinggi. Puas dengan permainan oral-nya, aku lalu jongkok di depannya, dia menyapukan penisku ke vaginanya, dia menatapku dengan pandangan penuh gairah, aku jadi agak malu memandangnya, namun nafsu lebih berkuasa, dengan sekali dorong melesaklah penisku kembali ke vaginanya, dia masih tetap menatapku ketika aku mulai mengocoknya. Kakinya menjepit pinggangku, kutarik dia dalam pelukanku, kudekap erat hingga kami menyatu dalam suatu ikatan kenikmatan birahi, saling cium, saling lumat.<br />
Febi mendesah liar seperti sebelumnya, kurebahkan dia di sofa lalu kutindih, satu kaki menggantung dan kaki satunya dipundakku. Aku tak pernah bosan menikmati ekspresi wajah innocent yang memerah penuh birahi, makin menggemaskan. Buah dadanya bergoyang keras ketika aku mengocoknya, dia memegangi dan meremasnya sendiri. Kuputar tubuhnya untuk posisi doggie, dia tersenyum, tanpa membuang waktu kulesakkan penisku dari belakang, dia menjerit dan mendorong tubuhku menjauh, kuhentikan gerakanku sejenak lalu mengocoknya perlahan, tak ada penolakan. Kupegang pantatnya yang padat berisi, Febi melawan gerakan kocokanku, kami saling mengocok, dia begitu mahir mempermainkan lawan bercintanya.<br />
Aku bisa melihat penisku keluar masuk vagina keponakanku, kupermainkan jari tanganku di lubang anusnya, dia menggeliat ke-gelian sambil menoleh ke arahku. Kuraih buah dadanya yang menggantung dan bergoyang indah, kuremas dengan gemas dan kupermainkan putingnya. Aku sepertinya benar benar menikmati tubuh indah keponakanku dengan berbagai caraku sendiri, ada rasa dendam tersendiri di hatiku, kalau orang lain telah menikmatinya, aku sebagai orang yang membesarkannya tentu ingin menikmatinya lebih dari lainnya, tak ada yang lebih berhak dari aku. Kuraih tangannya dan kutarik kebelakang, dengan tangannya tertahan tanganku, tubuh Febi menggantung, aku lebih bebas melesakkan penisku sedalam mungkin. Desah kenikmatan Febi mekin keras memenuhi kamar ini. Kudekap tubuhnya dari belakang, kuremas kembali buah dadanya, penisku masih menancap di vaginanya, kuciumi telinga dan tengkuknya, geliat nikmat Febi makin liar.<br />
“Aduh oom.. enak banget Omm, Febi sukaa, trus Om”<br />
Kulepaskan tubuh Febi, kambali kami bercinta dengan doggie style, tak terasa lebih setengah jam kami bercinta, belum ada tanda tanda orgasme diantara kami. Kami berganti posisi, Febi sudah di pangkuanku, tubuhnya turun naik mengocokku, buah dadanya berayun ayun di mukaku, segera kukulum dan kusedot dengan penuh gairah hingga kepalaku terbenam diantara kedua bukitnya. Gerakan Febi berubah menjadi goyangan pinggul, berputar menari hula hop di pangkuanku, berulang kali dia menciumiku dengan gemas, sungguh tak pernah terbayangkan kalau akhirnya aku bisa saling mengulum dengannya. Tak lama kemudian, tiba tiba Febi menghentikan gerakannya, dia juga memintaku untuk diam.<br />
“Sebentar Om, Febi nggak mau keluar sekarang, masih banyak yang kuharapkan dari Om” katanya sambil lebih membenamkan kepalaku di antara kedua bukitnya, aku hampir tak bisa napas.<br />
“Kamu turun dulu” pintaku<br />
“Tapi Om, Febi kan belum” protesnya<br />
“Udahlah percaya Om” potongku<br />
Kutuntun dan kuputar tubuhnya menghadap dinding, kubungkukkan sedikit lalu kusapukan penisku ke vaginanya dari belakang, Febi mengerti maksudku, kakinya dibuka lebih lebar, mempermudah aku melesakkan penisku. Tubuhnya makin condong ke depan, desah kenikmatan mengiringi masuknya penisku mengisi vaginanya.<br />
“ss.. aduuh Om, enak Om.. belum pernah aku.. aauu” desahnya sambil membalas gerakanku dengan goyangan pinggulnya yang montok.<br />
Kami saling bergoyang pinggul, saling memberi kenikmatan sementara tanganku menggerayangi dan meremas buah dadanya. Nikmat sekali goyangan Febi, lebih nikmat dari sebelumnya, berulang kali dia menoleh memandangku dengan sorot mata penuh kepuasan, mungkin dia belum pernah melakukan dengan posisi seperti ini. Tubuhnya makin lama makin membungkuk hingga tangannya sudah tertumpu meja sebelah. Kudorong sekalian hingga dia telungkup di atasnya, aku tetap masih mengocoknya dari belakang, dia menaikkan satu kakinya di pinggiran meja, penisku melesak makin dalam, kocokanku makin keras, sekeras desah kenikmatannya. Kubalikkan tubuhnya, dia telentang di atas meja, kunaikkan satu kakinya di pundakku, kukocok dengan cepat dan sedalam mungkin.<br />
“ss.. eegghh.. udaahh oom, Febi nggaak kuaat, mau keluar niih” desahnya<br />
“Sama Om juga”<br />
“Kita sama sama, keluarin di dalam saja, aman kok, Febi pake pil, jangan ku.. aa.. sshhiit” belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya ternyata sudah orgasme duluan, aku makin cepat mengocoknya, tak kuhiraukan teriakan orgasme Febi, makin keras teriakannya makin membuatku bernafsu. Semenit kemudian aku menyusulnya ke puncak kenikmatan, kembali dia teriak keras ketika penisku berdenyut menyemprotkan sperma di vaginanya. Aku telah membasahi vagina dan rahim keponakanku dengan spermaku, dia menahanku ketika kucoba menarik keluar.<br />
“Tunggu, biarkan keluar sendiri” cegahnya, maka kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, kucium kening dan pipinya sebelum akhirnya kucium bibirnya.<br />
“Makasih Om, permainan yang indah, the best deh pokoknya” bisiknya menatapku tajam.<br />
Kuhindari tatapannya, tak sanggup aku melawan tatapan tajam keponakanku itu.<br />
Jarum jam masih menunjukkan pukul 17:30, entah sudah berapa lama aku melayani kedua gadis ini, gelapnya malam mulai menyelimuti Kota Semarang, para pedagang kaki lima di simpang lima sudah mulai menata dagangannya. Aku sempat tertidur sejenak diantara kedua gadis itu sebelum mereka membangunkanku untuk makan malam, jam 19:30. Kami memutuskan untuk makan di luar sambil shoping di Mall sebelah hotel. Ternyata mereka lebih senang shopping lebih dulu dari pada makan malam, padahal aku sudah lapar akibat bekerja terlalu keras, terpaksa aku memenuhi keinginan kedua gadis itu. Diluar dugaanku justru mereka memilih untuk belanja parfum, .ingerie dan pakaian dalam, aku ikutan memilihkan untuk mereka, tentu saja yang kuanggap sexy, tak jarang aku diminta memberikan penilaian ketika mereka mencoba bra di ruang ganti, tentu dengan senang hati aku memenuhinya. Tak lupa kami membeli beberapa VCD porno di pinggiran jalan.<br />
Kami kembali ke hotel hampir pukul 22:00, kuminta mereka memakai apa yang baru mereka beli, sungguh sexy dan menggairahkan kedua bidadari itu mengenakan pakaian dalam yang serba mini pilihanku, hampir semuanya dicoba, tapi aku sudah tak tahan lagi melihat penampilan mereka. Saat mereka berganti lagi untuk ketiga kalinya, aku sudah tak sanggup menahan lebih lama lagi, terutama melihat tubuh sexy Febi, kutarik mereka ke ranjang dan kucumbui mereka bersamaan, kami saling bergulingan seperti anak kecil sedang bermain main. Mereka berebutan melepas pakaian dan celanaku, bahkan suit untuk menentukan siapa yang melepas celana dalamku. Bersama sama mereka mulai menjilati dan mengulum penisku, kedua lidah gadis itu secara bersamaan menyusuri penis dan kantong bola dengan gerakan berbeda, aku segera melayang tinggi didampingi kedua bidadari ini.<br />
“Om percaya nggak, Desi itu udah lama lho kagum sama Om, jadi ini sudah menjadi fantasinya” kata Febi disela kulumannya.<br />
“Ih kamu buka rahasia deh” Desi yang sedang menjilati pahaku mencubih Febi, mereka berdua tertawa sambil terus menjilatiku.<br />
Kedua tanganku meremas remas dua buah dada yang berbeda, baik kekenyalan maupun besarnya, punya Febi lebih besar tapi Desi lebih kenyal dan padat. Febi lebih cepat mengambil inisiatif, kakinya dilangkahkan ke tubuhku hingga posisi 69, Desi yang kalah cepat bergeser di antara kakiku, sambil menjilati Febi aku masih bisa merasakan kuluman dari dua mulut yang berbeda. Ketika Febi menegakkan tubuhnya melepaskan kulumannya pada penisku, Desi segera mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke vaginanya, rupanya takut keduluan Febi dia tak mempedulikan lagi kondomnya seperti sebelumnya, kurasakan vaginanya yang rapat mencengkeram erat penisku, apalagi tanpa kondom, kurasakan makin kuat mencengkeram, hingga semua tertanam dia tak berani bergerak.<br />
“Om kalo keluar bilang ya” rupanya dia masih sedikit sadar<br />
Perlahan tubuhnya turun naik dan mulai menggoyangkan pinggul, penisku terasa diremas dengan hebat, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan. Tak lebih lima menit dia turun dari tubuhku.<br />
“Feb, giliranmu, aku nggak udah tahan, bisa keluar duluan aku nanti, habis enak banget sih” katanya.<br />
Mereka bertukar posisi, sepeti sebelumnya penisku langsung masuk ke vagina Febi tanpa hambatan yang berarti, berbeda dengan Desi yang mendiamkan sesaat sebelum mengocok, tubuh Febi langsung turun naik dengan cepatnya, pinggangnya berputar putar sambil tangannya mengelus kantong bola. Aku tak bisa melihat ekspresi wajah Febi karena mukaku tertutup pantat Desi yang tepat berada di atasku dengan vagina terbuka lebar. Jerit dan desahan kedua gadis di atasku saling bersahutan merasakan kenikmatan yang berbeda.<br />
Tak lama kemudian Febi turun, Desi mengikutinya, kedua gadis itu lalu telentang bersebelahan dan membuka kakinya lebar lebar seakan mempersilahkan aku untuk memilihnya, aku bingung, kutatap mata keduanya, sama sama memberikan pandangan yang menggairahkan. Aku yakin Desi tidak bisa bertahan lama, maka kupilih Desi duluan supaya aku bisa menikmati Febi lebih lama dan memuntahkan spermaku ke vagina keponakanku itu.<br />
“Om janji ya kalo keluar di luar saja” katanya ketika aku mendekatinya.<br />
“Kalo aku nggak mau” godaku<br />
“Pleese” Desi memelas<br />
Tanpa menjawab lagi kusapukan penisku ke vaginanya dan mendorongnya masuk perlahan lahan.<br />
“Pelan pelan Om, ini pertama kali aku nggak pake kondom” katanya pelan ketika penisku mulai menerobos liang kenikmatannya.<br />
Kutelungkupkan tubuhku menindih tubuhnya setelah penisku masuk semuanya, pantatku mulai turun naik di atas tubuhnya, desah kenikmatan mengiringi kocokanku. Febi bergeser di belakangku, rupanya dia mengatur kaki Desi, diletakkannya menjepit pinggangku, penisku makin dalam mengisi liang kenikmatannya. Kukocok dia dengan cepat dan keras, kuhentakkan sedalam mungkin, tak kupedulikan desahan kenikmatannya, aku ingin segera membuatnya orgasme dan secepatnya beralih ke tubuh keponakanku yang sedang menunggu giliran. Diluar dugaanku, ternyata Desi tidak segera orgasme seperti perkiraanku, gerakannya malah semakin liar mencengkeramku, justru hampir saja aku keluar duluan kalau tidak segera kuhentikan gerakanku dan kucabut penisku dari vaginanya.<br />
Desi tersenyum penuh kemenangan melihat aku hampir kalah, kuambil napas dalam dalam lalu kutahan dan kuhembuskan pelan pelan. Febi sudah bersiap di sampingnya dengan posisi nungging, kuturunkan teganganku dengan menciumi pantat Febi, menjilati vagina dan anusnya, dia menggeliat geli, kukocok vaginanya dengan dua jariku, dia mendesis. Setelah kurasa aku siap maka langsung kumasukkan penisku ke liang Febi dengan sekali dorong disusul kocokan cepat, dia menjerit nikmat lepas.<br />
“Des, remas dadanya” perintahku sambil mengocoknya keras, Desi memandangku bingung, kuraih tangannya dan kuletakkan di dada Febi, kedua gadis itu kelihatan risih tapi aku tak peduli, kupaksa Desi meremasnya. Akhirnya Febi bisa menerima remasan Desi di buah dadanya, aku makin bergairah melihatnya, apalagi ketika Desi meremas kedua buah dada yang menggantung itu. Nafsuku makin meninggi ketika Febi membalas meremas buah dada Desi, mereka saling meremas buah dada.<br />
Aku terkejut ketika Febi mengambil inisiatif lebih jauh, tiba tiba dia menciumi buah dada Desi dan menjilati putingnya, mulanya Desi tertawa geli menerima hal itu, tapi kemudian dia ikutan mendesah dan meremas rambut Febi yang ada di dadanya. Aku makin bergairah dibuatnya, kocokanku makin cepat dan liar, seliar sedotan Febi pada buah dada sahabatnya. Desi menyusupkan tubuhnya di bawah Febi, kepalanya tepat di bawah bukit yang menggantung, mereka saling mengulum buah dada seperti permainan lesbi meski aku yakin mereka bukan golongan itu.<br />
Imajinasiku makin liar melihat kenakalan mereka, kuminta Desi nungging di atas Febi, tubuhnya menempel rapat di punggungnya, memeluk rapat dari belakang, vaginanya tepat di atas pantat Febi, masih tetap mengocok Febi kumasukkan dua jariku ke liang kenikmatannya, kedua gadis itu mendesah bersahutan. Kutarik keluar penisku dan segera beralih ke liang kenikmatan di atasnya, masih saja kurasakan rapatnya vagina Desi, nikmat yang berbeda dari dua vagina. Kocokanku berpindah dari satu vagina ke vagina lainnya. Aku tak tahu harus mengakhirinya di mana, hampir saja aku orgasme ketika tiba tiba kudengar bunyi HP-ku. Ingin kuabaikan tapi deringnya terasa mengganggu.<br />
“Terima dulu Om, siapa tahu penting, atau mungkin dari Mbak Lily” kata Febi ketika aku sedang mengocok vagina di atasnya.<br />
Terpaksa kutinggalkan kedua vagina yang sedang penuh gairah itu, benar saja pacarku menelpon, aku menjauhi mereka, duduk di sofa supaya tidak terdengar suara napas mereka yang sedang ngos-ngosan. Kedua gadis itu menyusulku, Desi bersimpuh di antara kakiku sedangkan Febi duduk di sebelahku, menempelkan telinganya di HP, ikutan mendengar pembicaraanku dengan tantenya, sambil tangannya mengocok penisku bersamaan dengan lidah dan mulut Desi yang menari nari di penisku yang masih menegang. Handphone kuberikan ke Febi ketika istriku mau bicara padanya, akupun tak mau berlama lama bicara sama istriku dalam keadaan seperti ini, bisa bisa bicara sambil … mendesah.<br />
“Ya Mbak, ini Om mau antar Febi pulang, udah malam, lagian besok kan kuliah.. agak siang sih, jam 11 pagi kuliahnya.. tapi Febi belum pamit sama ibu Kost, ntar dicari”<br />
Untungnya Febi mengikuti pembicaraan kami tadi hingga bisa langsung nyambung, kubalas Febi dengan mengulum putingnya ketika bicara sama tantenya, dia melototiku.<br />
“..oke deh Mbak, nanti Febi telpon ke kost deh” jawabnya mengakhiri pembicaraan.<br />
“Nakal ya, awas Febi balas” katanya lalu jongkok di sebelah sahabatnya, bersamaan mereka mengulum penisku, lidah kedua gadis itu menyusuri penisku kembali, aku mendesah sambil meremas rambut keduanya. Begitu nikmat permainan dua lidah, apalagi ketika bibir keponakanku mulai meluncur di batang kemaluanku, sementara sobatnya mempermainkan kantong bola dengan lidahnya, membawaku melayang tinggi dalam kenikmatan.<br />
Akhirnya aku menyerah dalam permainan dua mulut mereka, menyemprotlah spermaku ketika berada di mulut Desi, segera dia menarik keluar tapi terlambat, beberapa semprotan sudah membasahi tenggorokannya. Febi segera meraih penisku dan langsung memasukkan ke mulut mungilnya, semprotanku sempat mengenai wajah dan rambut Desi sebelum akhirnya habis dalam kuluman keponakanku, sedikit tetesan keluar dari celah bibirnya, dia menyedot habis semburan demi semburan hingga tetes terakhir tanpa mengeluarkan dari mulutnya. Kedua gadis itu lalu menyapukan penisku yang sudah lemas ke wajahnya.<br />
Malam itu kuhabiskan dengan mengarungi lautan kenikmatan bersama keponakanku dan sahabatnya, sepertinya mereka tak ada kata puas merengkuh kenikmatan demi kenikmatan, bergantian aku harus melayani mereka sampai kewalahan melayaninya, tapi dengan bantuan film VCD yang kami putar di Laptop, sedikit banyak aku bisa mengimbangi permintaan mereka. Entah jam berapa kami baru bisa tertidur, “terpaksa” aku pulang dengan pesawat terakhir ke Jakarta besoknya, “tak tega” meninggalkan keponakanku tercinta berikut sobat karibnya.<br />
sejak saat itu, rutinitas seks ku di semarang menjadi terus berlanjut dengan Desi, aku merasa dia adalah gadis muda yang sempurna, toket yang gede, memek keponakanku yang rapet dan pastinya kulit yang mulus, tanpa rasa kekurangan dari kepuasan seks yang ku dapat dari keponakanku sendiri. Sekian. </span> <br />
<div class="postmetadata"> </div>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-91179055373892311542010-10-24T11:46:00.000-07:002010-10-24T11:46:36.253-07:00Guru TersayangWaktu aku kelas satu SMA ada guru matematika yang cantik dan sangat enak jika memberikan pelajaran. Namanya Asmiati umurnya dua puluh sembilan, kulitnya putih halus dan bodynya padat berisi terlebih lagi dia menikah pada usia dua puluh tujuh tapi sekarang janda karna suaminya meninggal waktu usia perkawinan mereka baru tiga bulan karna kecelakaan lalulintas. Yang aku senang dari Bu Asmi adalah jika mengajar ia sering tak sadar kalau bagian atas bajunya agak terbuka sehingga tali BH pada bagian pundaknya sering terlihat oleh aku yang jika pelajarannya selalu mengambil duduk di depan dekat meja guru. BH yang dia gunakan selalu warna hitam dan itu selalu menjadi tontonan gratisku setiap pelajarannya. <br />
<br />
Pagi itu sekitar jam delapan lewat kami sudah dipulangkan karna akan ada rapat guru. Aku agak kesal karna pelajaran kedua matematika artinya aku gak bisa ngeliat pemandangan indah hari ini, dan untuk menghilangkan suntuk aku pun pergi main ketempat kawanku. Aku masih tak tahu aku akan dapat rejeki nomplok. <br />
<br />
Sekitar jam sembilan lewat aku pergi pulang, dan pada saat lewat sekolah aku melihat Bu Asmi sedang menunggu angkot, aku pun mengajaknya <br />
” mari saya antar Bu ” ajakku tanpa berharap dia mau <br />
” tapi rumah ibu agak jauh ko ” ia mencoba menolak <br />
” gak pa-pa kok bu, gak enak sama guru PPKN ” candaku <br />
setelah berpikir sebentar akhirnya ia mau ” iya deh tapi ibu pegangan ya soalnya ibu pernah jatuh dari motor ” <br />
” silahkan Bu ” setelah itu kau menjalnkan motorku dengan kecepatan sedang. <br />
Tangan Bu Asmi yang berpegangan pada pahaku menyebabkan reaksi pada penisku, apalagi jika mengerem pada lampu merah aku merasa ada sesuatu yang empuk menekan dari belakang<span class="fullpost">Sampai dirumahnya yang agak berjauhan dengan rumah-rumah yang lain aku disuruh masuk dulu. Dan ketika sudah duduk di sofa empuk Bu Asmi bicara <br />
“ibu ganti baju dulu ya ko ” <br />
setelah itu ia masuk kamar dan menutup pintu mungkin karna kurang rapat sehingga pintu itu terbuka lagi sedikit. Entah setan mana yang masuk kekepala ku sehingga aku memberanikan diri untuk mengintip ke dalam. Di dalam sana aku bisa melihat bagaimana Bu Asmi sedang membuka satu persatu kancing bajunya dan setelah kancing terakhir ia tidak langsung menanggalkan bajunya, tapi itu sudah cukup membuat napasku membuat nafasku memburu karna kau bisa melihat kalau sepasang dadanya yang besar seperti hendak melompat keluar. Karna terlalu asyik pintu itupun terbuka lebar. Aku kaget dan hanya bisa mematung karna ketakutan. Bahkan penisku langsung mengkerut. <br />
<br />
Melihat aku, Bu Asmi tidak terlihat kaget dan tetap membiarkan bajunya terbuka. Setelah itu ia mendekati aku <br />
” kamu sering ngeliat BH ibu kan ” tanyanya didekat telingaku <br />
” i..iya Bu ” jawabku ketakutan. <br />
” kalau gitu ibu kasih kamu hukuman ” lalu ia menarikku dan didudukkan ditepi tempat tidur. <br />
” sekarang kamu baring tutup mata dan jangan gerak kalo teriak boleh aja ” katanya dengan suara nafas yang agak memburu. <br />
Aku pun menurut karna merasa bersalah. Lalu ia membuka retsleting celana sekolahku menurunkan CDnya dan mengelus-elus penisku dengan lembut, setelah penisku tegak lagi dia berjongkok dan menjilatinya. <br />
“auh.. uh.. uuh ..” rintihku menahan kenikmatan semantara Bu Asmi sibuk dengan aktivitasnya <br />
“ah .. mmhh.. Bu stop bu” rintihku karna aku merasa seperti mau meledak <br />
Dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot penisku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu dan aku langsung terduduk sambil berpegangan pada tepi ranjang. <br />
<br />
Rasanya seperti sedang melayang, ia telan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku, malu takut dan senang bercampur jadi satu. Bu Asmi lalu berdiri dan tersenyum <br />
“gimana..lebih enak dari pada cuman liat khan..?” sambil kedua tangannya menjambak rambutku <br />
“iya Bu enak sekali” jawabku mulai berani sambil ikut berdiri. <br />
Setelah wajah kami berhadapan ia menciumku dengan lembut, lalu membimbingku duduk ditempat tidur. Kami berpelukan dan Asmi kembali menciumku, lalu melumat bibirku sementara tangannya menanggalkan seluruh pakaian ku, dengan tangkas aku mengimbangi gerakan tangan itu sehingga akhirnya kami sama sama tanpa pakaian. Bedanya aku telanjang bulat sementara Asmi masih memakai BH hitamnya karna memang sengaja tak ku lepas. <br />
<br />
Asmi melepaskan ciuman dibibirku lalu mengarahkan kepala ku kebawah yaitu payudaranya, aku segera melepas BH nya dan mulai meremas-remas dadanya, sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang. Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali Asmi bergoyang sambil meracau dengan kata-kata yang tak jelas. Setelah itu Asmi berdiri sehingga aku berhadapan dengan vaginanya, wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan vaginanya yang sudah banjir itu. <br />
<br />
Setelah itu Asmi merebahkan diri di ranjang tangannya mendekap kepalaku pahanya dibuka. Sehingga memudahkan aku menjilat dan memasukkan lidahku kedalam vaginanya dan menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh Asmi semakin mengejang hebat <br />
“sshh.. aahh.. terus ko” pintanya diikuti desah nafasnya. <br />
Sekitar lima menit ku sapu vaginaya aku melepaskan dekapan pada kepalaku dan kembali mengulum bibirnya. Ia lalu meraih penisku <br />
“masukkan ya ko udah gak tahan” katanya dengan terengah dan membimbing penisku menerobos goa miliknya yang tek pernah lagi merasakan penis semenjak suaminya meninggal. <br />
Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat dibandingkan saat dimasukkan kemulutnya. <br />
“slep..slep..slep” kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat Asmi. sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas payudaranya dan sekali kali memuntir putingnya. <br />
“uh..ah..mm..ssh..terus ko..mmh” desahnya sambil meremas pantatku. <br />
Penisku terasa semakin menegang dan vaginanya semakin hebat berdenyut memijit penisku, tak terasa sudah sepuluh menit kami “bergoyang”. <br />
“ooh ..mmh.. ah udah gak kuat.. biarin aja di situ ko mmh ..” rintih Asmi terpejam. <br />
Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karna juga merasakan sesuatu yang akan keluar. <br />
“sshh..aarrgghh” jeritnya sambil mencengkram punggungku, <br />
“aahh..aahh” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian. <br />
Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang terasa memandikan penisku didalam vaginanya.Kami menikmati puncak orgasme sampai betul-betul habis, baru aku mencabut penisku setelah sangat lelah dan bebaring di sebelahnya sambil meremas dadanya pelan-pelan. <br />
<br />
Kemudian dia menindihku dari atas dan bertanya “gimana hukuman dari aku ko ..?” <br />
“enak Bu hukuman terenak didunia makasih ya” <br />
“ibu yang terima kasih udah lama ibu bendung hasrat, hari ini dan seterusnya ibu akan tumpahkan kekamu semuanya” sambil mencium ku. <br />
<br />
Setelah istirahat beberapa waktu kami kembali melanjutkan aktivitas itu tentu saja dengan tehnik dan gaya yang berbeda-beda. Tak terhitung berapa kali aku melakukannya sewaktu SMA yang jelas jika aku pulang kesana pasti kami melakukan lagi dan lagi. </span> <br />
<div class="postmetadata"> </div>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-89579949774940430662010-10-24T11:44:00.000-07:002010-10-24T11:44:19.876-07:00Ngentot gadis kecilNamaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.<br />
<br />
Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok. Baca cerita seks nikmatnya tubuh perawan selengkapnya ceritaserudewasa.info. Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.<br />
<br />
Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.<br />
“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.<br />
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.<br />
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.<br />
“Iya…..boleh…” ungkapnya.<br />
<br />
“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.<br />
“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.<br />
“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.<br />
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya.<span class="fullpost">“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena penasaran.<br />
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.<br />
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.<br />
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.<br />
“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.<br />
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.<br />
<br />
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.<br />
“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang. Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran. “Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran. “Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya. Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos. “Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan. Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.<br />
<br />
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.<br />
<br />
“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.<br />
“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.<br />
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.<br />
“Gimana Len…….?” ungkapku padanya.<br />
“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos.<br />
<br />
Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan. Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.<br />
“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.<br />
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.<br />
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.<br />
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.<br />
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.<br />
<br />
“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.<br />
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.<br />
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.<br />
<br />
Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.<br />
<br />
“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran.<br />
“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.<br />
“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya padaku.”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya.<br />
<br />
Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.<br />
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.<br />
<br />
Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marlena. “Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena polos.<br />
<br />
Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.<br />
</span>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-72284917498430193052010-10-24T11:41:00.000-07:002010-10-24T11:41:31.922-07:00Mencicipi Keprawanan Murid LesprivatkuFanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.<br />
<br />
Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.<br />
<br />
Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.<br />
<br />
Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.<span class="fullpost"> “Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Fanny. “Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah. “Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku. “Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya. “Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas. “Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku. “Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja. Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.<br />
<br />
“Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.<br />
“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.<br />
Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.<br />
<br />
Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.<br />
<br />
“Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.<br />
Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.<br />
<br />
Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.<br />
<br />
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.<br />
<br />
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.<br />
<br />
“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.<br />
<br />
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari.<br />
<br />
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.<br />
<br />
“Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu.<br />
Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.<br />
<br />
“Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.<br />
<br />
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.<br />
<br />
“Aaahh..”, dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya. “Dadamu sangat indah Fan”, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.<br />
<br />
“Aaahh”, Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.<br />
<br />
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.<br />
“Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.<br />
<br />
Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.<br />
<br />
“Auuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaahh”, dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.<br />
<br />
Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.<br />
<br />
“Uhh.!”, tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.<br />
<br />
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.<br />
<br />
Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.<br />
<br />
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.<br />
“Aaahh.. Uuuhh. oohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.<br />
<br />
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati. “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.<br />
<br />
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.<br />
<br />
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuhh.. aahh”. Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.<br />
<br />
“Aaahh..!”, dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.<br />
<br />
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”<br />
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. sst.. uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.<br />
<br />
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.<br />
<br />
“Jangan Kak.. aahh”, tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.<br />
<br />
“Uuuhh”, ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya. “Ahh..”, dia diam saja saat aku kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.<br />
<br />
“Aaahh”, Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. “Ahh.. ahh.. teruus.. ahh.. uhh”, sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.<br />
<br />
“Teruuss.. aahh.. uuhh”, karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala. “Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruuss ooh”, Fanny merintih rintih kenikmatan.<br />
<br />
Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.<br />
<br />
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.<br />
<br />
Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.<br />
<br />
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.<br />
<br />
Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.<br />
<br />
Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.<br />
<br />
Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.<br />
<br />
“Kak.. ahh!”, dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan gatal. “Uuuhh.. aahh”, tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.<br />
<br />
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.<br />
“Ooohh Kak masukkan aahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.<br />
<br />
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreets “Ohh..”, kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.<br />
<br />
“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus.. ahh.. uhh”, lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, oohh, aahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.<br />
<br />
Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. sst.. ahh.. uhh”, Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku. “Ahh.. oohh.. ohh.. aahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.<br />
<br />
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.<br />
“Bagaimana kalau Fanny hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata. Cerita perwan abg di entot lainay ada di ceritaserudewasa.info Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.<br />
<br />
Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.<br />
<br />
Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur. </span> <br />
<div class="postmetadata"> </div>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-121328250827447837.post-89045044405983746722010-10-24T11:36:00.001-07:002010-10-24T11:36:56.705-07:00Ngentot Adik SendiriCerita panas dewasa ini dimulai pada suatu sore ketika rumahku sedang sepi. Orang tua lagi pergi dan kebetulan pembantu dan adikku juga lagi nggak ada. Langsung saja gua nyewa VCD bokep xxx dan x2. Gua seneng bgt, karena gak ada gangguan pas lagi nonton. VCD bokep yang kutonton itu bercerita tentang hubungan sex antara adek dan kakak. Gila bgt deh adegannya. Gua pikir kok bisa ya. Eh, gua berani gak ya ngelakuin itu ama adek gua yang masih SMP? tapi khan adek gua masih polos bgt, kalo di film ini mah udah jago and pro, pikir gua dalam hati. Lagi nonton plus mikir gimana caranya ngelakuin ama adek gua, eh, bel bunyi. Wah, teryata adek gua, si Dina ama temennya dateng. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung gua simpen aja tuh VCD, trus gua bukain pintu. Dina ama temennya masuk. Eh, temennya manis juga lho.<br />
<br />
“Dari mana lo?” tanya gua. “Dari jalan donk. Emang kaya kakak, ngedekem mulu di rumah,” jawabnya sambil manyun. “Gua juga sering jalan tau, emang elo doank. Cuman sekarang lagi males,” kata gua. “Oh iya, kak. Kenalin nih temen gua, namanya Anti. temen sekelas gua,” katanya. Akhirnya gua kenalan ama tuh anak. Tiba-tiba si Dina nanya.<span class="fullpost">“liat VCD Boyzone gua gak?” “Tau’, cari aja di laci,” kata gua. Eh, dia ngebuka tempat gua naro VCD bokep. Gua langsung gelagapan.<br />
“Eh, bukan disitu…” kata gua panik. “Kali aja ada,” katanya. Telat. Belum sempet gua tahan dia udah ngeliat VCD xxx yang covernya lumayan hot itu, kalo yang x2 sih gak pake gambar. “Idih… kak. Kok nonton film kaya begini?” katanya sambil mandang jijik ke VCD itu. Temennya sih senyam-senyum aja. “Enggak kok, gua tadi dititipin ama temen gua,” jawab gua bohong. “Bohong bgt. Ngapain juga kalo dititipin nyasar ampe di laci ini,” katanya.<br />
<br />
“Kak, ini film jorok kan? Nnnggg… kaya apa sih?” tanyanya lagi. Gua ketawa aja dalam hati. Radi jijik, kok sekarang malah penasaran.<br />
<br />
“Elo mo nonton juga?” tanya gua. “Mmmmm…. jijik sih… tapi… penasaran kak…,” katanya sambil malu-malu. “Anti, elo mo nonton juga gak?” tanyanya ke temannya. “Gua mah asyik aja. Lagian gua udah pernah kok nonton film kaya begitu” jawab temannya.<br />
<br />
“Gimana… jadi nggak? keburu mama ama papa pulang nih,” desakku. “Ayo deh. Tapi kalo gua jijik, dimatiin ya?” katanya. “Enak aja lo, elo kabur aja ke kamar,” jawab gua. Lalu VCD itu gua nyalain. Jreeeeng… dimulailah film tsb. Gua nontonnya sambil sesekali mandangin adek gua ama temennya. Si Anti sih keliatannya tenang nontonnya, udah expert kali ya? Kalo adek gua keliatan bgt baru pertama kali nonton film kaya begitu. Dia keliatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowo diisep. Mana tuh rudal gedenya minta ampun. “Ih, jijik bgt…” kata Dina. Pas adegan ML kayanya si Dina udah gak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.<br />
<br />
“Yeee, malah kabur,” kata Anti. “Elo masih mo nonton gak?” tanya gua ke si Anti. “Ya, terus aja,” jawabnya. Wah, boleh juga nih anak. Kayanya, bisa nih gua main ama dia. Tapi kalo dia marah gimana? pikir gua dalem hati. Ah, gak apa-apa kok. Gak sampe ML ini. Sambil nonton, gua duduknya ngedeket ama dia. Dia masih terus serius nonton. Lalu gua coba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia nggak berusaha ngelepas tangannya dari tangan gua. Kesempatan besar, pikir gua . Gua elus aja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Kayanya dia menikmatin bgt. Wow, tampangnya itu lho… manis!! Gua jadi pengan nekat. Waktu dia masih merem, gua deketin bibir gua ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kita. Karena mungkin emang udah jago, si Anti malah ngajakin french kiss. Lidah dia masuk ke mulut gua dan bermain-main di dalem mulut. Sial, jagoan dia daripada gua. Masa gua dikalahin ama anak SMP sih. Sambil kita berfrench kiss, gua berusaha masukkin tangan gua ke balik bajunya. Nyari sebongkah buah dada imut. Ukuran toketnya gak begitu gede, tapi kayanya sih sexy. Soalnya badan si Anti itu gak gede tapi gak kurus, dan tubuhnya itu putih. Begitu ketemu toketnya, langsung gua pegang dan gua raba-raba. Tapi masih terbungkus ama bra-nya.<br />
<br />
“Baju elo gua buka ya?” tanya gua. Dia ngangguk aja sambil mengangkat tangannya ke atas. Gua buka bajunya. Sekarang dia tinggal pake bra warna pink dan celana panjang yang masi h dipake. Shit!! kata gua dalem hati. Mulus bgt! Gua buka aja bra-nya. toketnya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung gua jilatin toketnya… dia mendesah… Gua jadi makin terangsang. Gua jadi pengan ngent*tin dia. Tapi gua belom pernah ML jadi gua gak berani. Tapi kalo sekitar dada aja sih gua lumayan tau. Gimana ya? Tiba-tiba pas gua lagi ngejilatin toketnya si Anti, adik gua keluar dari kamar. Kita sama-sama kaget. Dia kaget ngeliat apa yang kakak dan temennya perbuat. Gua dan Anti kaget pas ngeliat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pake bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Kayanya dia shock ngeliat apa yang kita berdua lakuin. Si Anti langsung pamit mo pulang.<br />
“Bilang ama Dina ya…. sorry,” kata Anti. “Gak apa-apa kok,” jawab gua. Akhirnya dia pulang. gua ketok kamarnya Dina. Gua pengen ngejelasin. Eh, dianya diem aja. Masih kaget kali ya, pikir gua. Gua tidur aja, dan ternyata gua ketiduran ampe malem. Pas kebangun, gua gak bisa tidur lagi. Gua keluar kamar. Nonton tv ah, pikir gua. Pas sampe di depan TV ternyata adek gua lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kata gua dalam hati. Gara-gara ngeliat dia tidur dengan agak “terbuka” tiba-tiba gua jadi keinget ama film x2 yang belom selesai gua tonton, yang ceritanya tentang hubungan sex antara adek dan kakak, ditambah hasrat gua yang gak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adek gua ngegerakin kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu ngeliat cd nya gua jadi semakin nafsu. Tapi gua takut. Ini kan adek gua sendiri masa gua ent*tin sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, gua pelorotin aja cdnya. Eh, ntar kalo dia bangun gimana? ah, cuek aja. Begitu CD-nya turun semua, wow, bel ahan vaginanya terlihat masih amat rapet dan di hiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Gua coba sentuh… hmmm, halus sekali. Gua sentuh garis vagina-nya. Tiba-tiba dia menggumam. Gua jadi kaget. Gua ngerasa di ruang TV terlalu terbuka. Gua rapiin lagi pakaian adek gua, truss gua gendong ke kamarnya dia. Sampe di kamar dia… it’s show time, pikir gua. Gua tidurin dia di kasurnya. Gua bukain bajunya. Ternyata dia gak pake bra. Wah, payah juga nih adek gua. Ntar kalo toketnya jadi turun gimana. Begitu bajunya kebuka, toket mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil toketnya tapi lumayan ada. Gua coba isep putingnya… hmmm…. nikmat! Toket dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun!!<br />
<br />
“Kak… ngapain lo!!” teriaknya sambil mendorong gua. Gua kaget bgt. “Ngg… ngg… nggak kok, gua cuman pengen nerusin tadi pas sama si Anti. Gak papa kan?” jawab gua ketakutan. Gua berharap bonyok gua gak ngedenger teriakan adek gua yang agak keras tadi. Dia nangis. “Sorry ya Din. Gua salah, abis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu. Gak pake bra lagi,” kata gua. “Jangan bilang sama mama dan papa ya, please…,” kata gua. Dia masih nangis. Akhirnya gua tinggalin dia. Aduh, gua takut ntar dia nga du. Sejak saat itu gua kalo ketemu dia suka canggung. Kalo ngomong paling seadanya aja. Tapi gua masih penasaran. Gua masih pengen nyoba lagi untuk ngegituin Dina. Sampai pada suatu hari, adek gua lagi sendiri di kamar. Gua coba masuk.<br />
<br />
“Din, lagi ngapain elo,” gua nyoba untuk beramah tamah. “Lagi dengerin kaset,” jawabnya. “Yang waktu itu, elo masih marah ya….” tanya gua. “….<br />
<br />
” dia diem aja. “Sebenernya gua… gua… pengen nyoba lagi….” gila ya gua nekat bgt. Dia kaget dan pas dia mo ngomong sesuatu langsung gua deketin mukanya dan langsung gua cium bibirnya.<br />
<br />
“Mmhhpp… kakk…. mmmhph…” dia kaya mo ngomong sesuatu. Tapi akhirnya dia diem dan mengikuti permainan gua untuk ciuman. Sambil ciuman itu tangan gua mencoba meraba-raba toketnya dari luar. Pertama ngerasain toketnya diraba, dia menepis tangan gua. Tapi gua terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba toket, gua mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau aja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka, langsung gua buka bra-nya. Gua jilatin putingnya dan sambil mengusap dan mneremas- remas toket yang satunya. Walaupun toket adek gua itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan toket yang gede. Ketika lagi di isep-isep, dia mendesah,<br />
<br />
“Sshh… ssshhhh…. ahhh, enak, kak….” Setelah gua isepin, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Truss gua buka celana gua dan gua keluarin “adek” gua yang udah lumayan tegang. Pas dia ngeliat, dia agak kaget. Soalnya dulu kita pernah mandi bareng pas<br />
“punya” gua masih kecil. Sekarang kan udah gede donk. Gua tanya ama dia,<br />
<br />
“berani untuk ngisep punya gua gak? ntar punya elo juga gua isepin deh, kita pake posisi 69? “69… apa’an tuh?” tanyanya. “Posisi di mana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan.” jelas gua.<br />
<br />
“Oooo…” Langsung gua ngebuka celana dia dan CDnya dia. Kita langsung ngambil posisi 69. Gua buka belahan vaginanya dan terlihatlah klentitnya seperti bentuk kacang di dalem vaginanya itu. Ketika gua sentuh pake lidah, dia mengerang, “Ahhhh… kakak nyentuh apanya sih kok enak bgt….” tanyanya. “Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gua donk. Masa elo doank yang enak,” kata gua. “Iya kak, abis takut dan geli sih…” jawabnya. “Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin aja keenakan elo,” kata gua lagi. Saat itu juga dia langsung menjilat punya gua. Dia ngejilatin kepala anu gua dengan perlahan. Uuhhh…. enak bener. Truss dia mulai ngejilatin seluruh dari batang gua. Lalu dia masukkin punya gua ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Ooohhhh…. gila bener. Dia ternyata berbakat. Isepannya ngebuat gua jadi hampir keluar. “Stop… eh, Din, stop dulu,” kata gua. “lho knapa?” tanya nya. “T ahan dulu ntar gua keluar,” jawab gua. “Lho emang kenapa kalo keluar?” tanyanya lagi. “Ntar game over,” kata gua. Ternyata adek gua emang belom ngerti masalah seks. Bener-bener polos. Akhirnya jelasin kenapa kalo cowo udah keluar gak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kita udah gak 69 lagi, jadi gua aja yang bekerja. Kemudian gua terusin ngisepin vaginanya dan klentitnya. Dia terus menerus mendesah dang mengerang.<br />
<br />
“Kak Iwan… terus kak… disitu… iya disitu… oohhhhh…. ssshhhh….” Gua terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambut gua. Sambil matanya merem melek. Akhirnya gua udah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya udah mo keluar).<br />
Gua tanya sama adek gua, “Elo berani ML gak?” “…” dia diem. “Gua pengen ML, tapi terserah elo… gua gak maksa,” kata gua.<br />
<br />
“Sebenerya gua takut. Tapi udah kepalang tanggung nih…. gua lagi on air,” kata dia.<br />
<br />
“Ok… jadi elo mau ya?” tanya gua lagi. “…” dia diem lagi.<br />
<br />
“Ya udah deh, kayanya elo mau,” kata gua. “Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali,” kata gua.<br />
<br />
“…” dia diem aja sambil menatap kosong ke langit-langit. Gua buka kedua belah pahanya lebar-lebar. Keliatan bibir vaginanya yang masih sempit itu. Gua arahin ke lobang vagina nya. Begitu gua sentuhin pala anu gua ke vaginanya, Dina menarik nafas panjang, dan keliatan sedikit mengeluarkan air mata. “Tahan ya din….” Langsung gua dorong anu gua masuk ke dalem vaginanya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit bgt. Gua terus nyoba mendorong anu gua… dan… bleesss… Masuk juga pala anu gua. Dina agak teriak,<br />
<br />
“akhhh sakit kak….” “Tahan ya Din…” kata gua. Gua terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua anu gua ke dalam selangkangan adek gua sendiri.<br />
<br />
“Ahhh… kak… sakit kak… ahhhh.” Setelah masuk, langsung gua goyang maju mundur, keluar masuk vaginanya. “Ssshhh… sakittt kakk…. ahhh… enak… kak, terussss… goyang kakk…” Dia jadi mengerang tidak keruan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kita ganti dengan posisi dog style. Dina gua suruh nungging dan gua masukkin ke vaginanya lewat belakang. Setelah masuk, terus gua genjot. Tapi dengan keadaan dog style itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam vaginanya itu seperti menarik anu gua untuk lebih masuk.<br />
<br />
“Ahhhhh… ahhha… gua lemess bgt… kak,” rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi gua belom orgasme. Jadi gua terusin aja. Gua balik bad annya untuk tidur terlentang. Truss gua buka lagi belahan pahanya. Gua masukkin anu gua ke dalam vaginanya. Padahal dia udah kecapaian. “Kak, udah dong. Gua udah lemes…” pintanya. “Sebentar lagi ya…” jawab gua. Tapi setelah beberapa menit gua genjot, eh, dianya seger lagi.<br />
<br />
“kak, yang agak cepet lagi dong…” katanya. Gua percepat dorongan dan genjotan gua.<br />
<br />
“Ya… kaya… gitu dong… sssshh… ahhh.. uhuuh,” desahannya makin maut aja. Sambil ngegenjot, tangan gua meraba-raba dan meremas toketnya yang mungil itu. Tiba-tiba gua seakan mau meledak, ternyata gua mo orgasme.<br />
<br />
“Ahhh, Din gua mo keluar…. ahhh…” Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Anu gua sperti dipijat- pijat di dalem. Karena masih enak, gua ngeluarinnya di dalem vaginanya. Ntar gua suruh minum pil KB aja supaya gak hamil, pikir gua dalam hati. Setelah orgasme bareng itu gua cium bibirnya sebentar. Setelah itu gua dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, gua denger dia lagi merintih sambil menangis.<br />
<br />
“Kak, gimana nih. Punya gua berdarah banyak,” tangisnya. Gua liat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan vaginanya agak sedikit melebar. Gua kaget ngeliatnya. Gimana nih jadinya?<br />
<br />
“Kak, gua udah gak perawan lagi ya?” tanyanya. “…” gua diem aja. Abis mo jawab apa. Gila… gua udah merenggut keperawanan adek gua sendiri. “Kak, punya gua gak apa-apakan?” tanyanya lagi.<br />
<br />
“Berdarah begini wajar untuk pertama kali,” kata gua. Tiba-tiba, gara-gara ngeliat dia gak pake CD dan memperlihatkan vaginanya yang agak melebar itu ke gua, anu gua “On” lagi. Gua elus-elus aja vagina adek gua itu. Truss gua suruh dia tiduran lagi.<br />
<br />
“Mo diapain lagi gua kak?” tanyanya. “Nggak, gua pengen liat apa punya elo baik-baik aja,” kata gua sambil bohong, padahal gua pengen menikmati lagi. Pas dia tiduran, gua buka belahan vaginanya. Emang sih jadi lebih lebar dan masih ada sisa sedikit darah mengering. Gua cari klitorisnya, gua jilatin lagi.<br />
<br />
“Kak, jangan dong. Masih perih nih,” larangnya. Yaaa… kok dia udah gak mau lagi. “Ya udah deh, kalo masih perih,” kata gua. Gua bingung nih, gua masih pengen lagi, tapi adek gua udah keburu gak mau. Sakit banget kali ya, pertama kali begituan. Ya udah deh, gua ajak mandi bareng aja siapa tau kalo udah seger nanti dia mau lagi. “Kita mandi bareng aja yuk,” pinta gua.<br />
<br />
“Ayo…” kata Dina. Kita mandi di kamar mandi adek gua. Gua idupin air shower yang anget. Wuihhh, nikmat banget pas kena air anget. Abis cape ML ama adek sen- diri, mandi air anget. Di bawah pancuran shower, gua pertama-tama ngambil posisi berada di belakangnya. Truss gua mulai nyabunin bela- kang tubuhnya. Setelah belakangnya selesai semua, masih dalam posisi gua di belakangnya, gua mulai nyabunin bagian depannya, mulai dari perut ke atas. Pas sampe bagian toketnya gua sabunin, dia mulai meng- gelinjang dan mendesah lagi. Gua ciumin bagian belakang lehernya sambil terus nyiumin leher adek gua itu. Puting adek gua, gua pilin- pilin pake ujung jempol dan ujung telunjuk. Eh, pada waktu gua nyabunin toket imutnya itu tangan dia menyentuh dan mulai meraba-meraba tubuh gua dan berusaha mencari punya gua. Begitu tersentuh punya gua langsung digenggam dan dipijat-pijat. Tangan gua yang satu lagi mulai bergerilya ke daerah selangkangannya. Dengan bermodalkan sabun, gua mulai nyabunin bagian vagina adek gua itu. Pertama, gua usap dari luar bibir vaginanya, lalu jari gua mulai mencoba masuk mencari klitorisnya. Adek gua tiba-tiba ngomong lagi tapi masih dalam keadaan kenikmatan karena masih gua ciumin lehernya dan putingnya gua pilin-pilin.<br />
<br />
“Kak, sshhh… Jangan dulu donk. Sshttss… ahhh…” erangnya. Ya udah, gua gosok-gosok aja dari luar. Ternyata belom lama setelah gua gosok-gosok itu ternyata adek gua orgasme.<br />
<br />
“Aahhh… ah…” dia merintih keenakan dan dia langsung lemas. Setelah dia orgasme itu, gua minta dia untuk memainkan anu gua pake tangannya. Dengan memakai sabun dia mengocok anu gua. Enak banget. Tangannya yang kecil itu menggenggam anu gua erat sekali. Akhirnya tak lama kemudian gua keluar juga. Selesai itu, kita langsung keluar kamar mandi. dan gua keluar dari kamarnya.<br />
<br />
Kini kami telah tumbuh dewasa dan telah memiliki pasangan masing-masing, dan beruntung bagi adekku mendapatkan seorang pria yang sangat mencintainya, dan gua juga sudah menikah dan dikaruniai seorang putra. Adek gua juga sudah memiliki seorang anak, hasil dari hubungan gelap kami, tetapi tidak ada seorangpun yang tahu selain kami berdua, karena pada saat itu, suaminya pergi keluar negeri selama 1 bulan dan pada saat itu kami ML setiap hari sampai dia mengandung anak gua. </span>Cerita Dewasa.Comhttp://www.blogger.com/profile/16181944899657026355noreply@blogger.com8